A Little Memories : An Unfortunate Moment

Halo!
Bagaimana kabar? Sehat, kan? Alhamdulillah...
Setelah beberapa hari blog ini dianggurkan (karena sedang tidak ada sesuatu yang perlu di posting :p), akhirnya saya akan membagikan sesuatu hal yang rasanya... ugh.

Okay, sedikit nostalgia, ini adalah karya tulis bertema 'The Story of Our (Youth) Life' yang waktu itu saya buat sendiri dalam rangka untuk mengikuti lomba Digital Writing dari LOOP KEPO Telkomsel bulan September tahun 2015 lalu, dan yang bisa lolos sampai tahap akhir bisa dapat kesempatan dimentorin sama artis-artis yang ahli di bidangnya. Di LOOP KEPO ini sendiri, ada 3 kategori utama, yaitu Mobile Video, Digital Music, dan Digital Writing. Dan aku tertarik buat ikutan Digital Writing. Well, saat itu artis yang mentorin Digital Writing adalah Raditya Dika. Kenapa aku milih Digital Writing? Alasannya yang pertama, dari ketiga kategori itu, aku cuma bisa nulis, walaupun aku ngga begitu tau artinya digital writing itu apa. Alasan kedua adalah saya pengin ketemu Bang Dika lagi. Saya pernah berinteraksi langsung dengan Bang Dika di panggung acara yang diadakan Telkomsel juga pada tahun 2014, dan di sana saya merasa sangat beruntung sekali karena bisa mendapatkan moment tersebut, dipilih langsung oleh panitia untuk naik ke atas panggung Telkomsel, dan mengajukan pertanyaan langsung buat Bang Dika di atas panggung :)

Balik lagi, sebenarnya, waktu itu saya agak bingung hendak menuliskan apa, dan saya ngga yakin bakal lolos di tahap pertama, karena dari masing-masing sekolah dipilih 63 peserta dari sekian ratus peserta yang ikut. Kemudian, saya mengintip sedikit tulisan teman saya yang kebetulan juga ikut. Bisa dibilang dia jago banget kalau urusan tulis-menulis yang temanya semacam ini. Saya jadi sedikit minder :( Namun, berselangnya hari dan mendekati deadline, saya memutuskan untuk mencobanya. Kalau ngga lolos yaudah ngga apa-apa, tapi kalau lolos ya alhamdulillah... batin saya waktu itu. Toh, apa salahnya mencoba?

Daannn, hanya memerlukan waktu 2 hari untuk menulis karya tulis 'amburadul' ini yang jumlah katanya kurang dari 1000 kata (karena memang persyaratannya waktu itu begitu). Ada yang penasaran?

Btw, jangan pada ketawa, ya! (emang ada yang bakal ketawa? :( )

***

Ada yang mengatakan, “Masa remaja adalah masa yang paling indah, paling membahagiakan dalam seumur hidup. Masa remaja adalah masa yang tidak akan pernah kau temukan lagi di dalam masa-masa-mu yang lain.”
 
Itu benar. Di masa remaja ini adalah waktu dimana kita akan menorehkan berbagai macam warna di dalam hidup, agar menjadi lukisan yang manis atau burukkah untuk kita lihat dimasa tua nanti.
Bak penyakit cacar yang hanya muncul sekali dalam seumur hidup. Waktu kecil, aku sangat takut akan penyakit ini, penyakit yang akan membuat kita merasa jelek, seluruh badan dipenuhi dengan bintik-bintik, dan karena itu takutlah. Saat merasakannya, ada rasa senang dan susah yang kulewati. Senangnya, bisa izin sekolah berhari-hari, karena takut apabila penyakit itu menular ke teman-temanku dan akhirnya mereka semua mengejek dan menjauhiku. Susahnya, aku tidak bisa bebas pergi kemana-mana, bahkan dahulu, aku sempat tidak mandi berhari-hari, badanku hanya dilumuri dengan jagung yang setiap harinya dibalurkan ke seluruh badanku, karena itu aku banyak diejek orang karena bau. Kotor rasanya, tapi menyenangkan. Tidak perlu mengerjakan tugas sekolah, biarkan itu mama yang urus.

Hari demi hari berlalu, bintik-bintik kecil itu sedikit demi sedikit mulai memudar, beberapa diantaranya meninggalkan bekas yang entah dengan apa aku harus bisa mengusirnya. Aku kembali sekolah, bertemu dengan teman-teman. “Wah, udah kena cacar ya?” “Iya,” “Selamat ya,” “Selamat buat apa?” “Ya selamat, itu tandanya kamu sehat! Penyakit cacar ngga akan datang lagi, kok! Jadi, jangan khawatir!” Begitulah kata salah seorang temanku. Sesaat aku merasa lega karena penyakit yang menjijikkan dan membuatku tidak bisa mandi berhari-hari itu tidak dating lagi. Kini, ku menunggu giliran teman-temanku, ku menunggu bekas bercak-bercak hitam di pipi mereka. Agar aku tak sendirian merasakannya.
Namun kini, ku beranjak dewasa. Pernah suatu waktu ku mengingat kejadian masa itu. Aku merindukannya. Ya, merindukan rasanya tidak mandi selama berhari-hari, merindukan tugas-tugas rumah yang menumpuk, tapi yang tidak akan pernah mengganjal hati. Merindukan rasanya dibalur geli dengan jagung setiap harinya. Dan aku merindukan segala-galanya. Aku ingin merasakan penyakit itu datang lagi. Aku masih punya banyak ruang kosong untuk bintik-bintik itu meninggalkan jejak hitam yang menjengkelkan di kulitku. Mau dimana lagi? Kelopak mata? Ketiak? Jari-jari? Perut? Punggung? Hidung? Ah, banyak. Datanglah.
 
Ku coba bertanya dengan teman-teman sebayaku, pernahkah kalian terkena cacar? Mereka langsung tersenyum, kadang-kadang tertawa kecil. Mereka bercerita hal yang mereka rasakan waktu terkena cacar, rasanya sama. Mereka juga memiliki bekasnya. Bahkan lebih banyak. Saat ku tanya, kenapa bisa banyak sekali bekas itu? Salah seorang temanku menjawab, “kata mama sih, gara-gara mandi pake jagungnya kurang banyak.” Terlihat lucu memang. “Aku ingin merasakannya lagi. Tapi sudah aku tunggu sampe se-gede ini kok, ya, tetap ngga terkena cacar. Hehe.” Tambahnya. Duh, semakin ku rindu masa itu. Apalah kini, ku menyesal mengapa dulu aku membenci penyakit yang menurutku aneh itu. Datang hanya sekali, meninggalkan bekas-bekas yang tidak dapat kusembunyikan, lalu pergi begitu saja. Tanpa ada rasa bersalah, tidak mau memberitahu apa rahasia menghilangkan bekasnya.
 
Yap, kita sedang terkena penyakit aneh itu. Aku, kamu, dia, mereka, dan kita semua. Kita sedang merasakan betapa asyiknya terkena penyakit itu, betapa asyiknya melakukan hal-hal bodoh dan tak pernah terfikirkan. Kita sedang merasakan berbagai masalah dan kesusahan yang harus bisa kita hadapi, sama seperti rasanya waktu tidak bisa berpergian keluar rumah saat cacar. Namun, penyakit itu sebenarnya bukanlah halangan, kalau kita bisa memanfaatkan apa yang ada dan apa yang kita miliki. Pada masa remaja ini, kita bisa berinovasi, dan menciptakan sesuatu yang belum pernah dilihat orang lain. Buatlah karya imajinatifmu menjadi nyata, dengan bergerak dan lakukan. Buatlah mereka terkagum-kagum walau kau tak bisa keluar pintu rumah. Biarkan mereka tertawa terbahak-bahak saat melihat kita penuh dengan bintik-bintik merah, namun mereka tidak akan tahu apa yang kita perbuat di dalam rumah selama kita ngandang itu. Dan begitu kita selesai, lihatlah wajah-wajah mereka yang seketika berubah suram.
Jangan pernah melewati waktu (apapun itu) dengan begitu saja, dengan membiarkannya lewat sesuai dengan arus, jangan. Jangan takut kau akan terlihat seperti apa dimata orang lain, selama itu benar, lakukanlah. Bergeraklah seleluasa mungkin, seperti tidak akan ada sesuatu yang mencegahmu untuk terus bergerak. Sehingga itu, kamu tidak akan menyesal atas apa yang telah kamu lakukan dimasa muda ini. Pepatah mengatakan, “Dancing like no one will see it. And singing, like no one will hear it.” –unknown.
 
Kita muda, kita beda, kita berkarya. Seribu orang tua bisa bermimpi, namun satu pemuda bisa membuat perubahan. Lakukan walau yang kau lakukan hanya bisa membuatmu merasa senang. Jadikan apa yang kau lakukan adalah hobi, sehingga kau enggan untuk menghentikannya.

“Jika tidak ada hal bodoh yang kamu lakukan di masa mudamu, maka tidak ada pula yang akan kamu tertawakan di masa tuamu,” –unknown.

***

Setelah dengan nekat mengirimkan karya yang menurut saya melenceng dari tema (yang isinya malah nyamain penyakit sama kita -_-), untuk beberapa hari ke depan saya harus pasrah menunggu hasil. Ya, walaupun tidak terlalu berharap, namun apabila berhasil lolos sampai tahap akhir dan ketemu bang Dika yang kedua kalinya, itu bakal jadi moment yang bisa diceritakan kepada anak-cucu saya nanti yang bisa dijadikan motivasi untuk mereka. :)

***

Akhirnya, hari yang ditunggu-tunggu datang. Salah satu anggota OSIS datang menghampiri dan mengatakan sesuatu...

KARYA SAYA LOLOS!!

Yap, karya yang saya kirimkan berhasil lolos tahap pertama bersama 62 teman lain termasuk 1 lagi teman sekelas saya yang jago nulis tadi :'D dan selanjutnya dia bilang kalau tahap selanjutnya diadakan di LOOP Station Surabaya, dan di sana seluruh peserta pelajar Surabaya yang lolos tahap pertama seleksi Digital Writing akan diuji dengan menulis (lagi) sebuah karya secara LIVE dengan waktu dan tema yang telah ditentukan oleh panitia. Sampai sini, berakhir pula kecemasan apabila tidak lolos dan terbayar sudah 2 hari itu untuk merangkai kata-kata yang tentunya tidak sempurna itu.


Namun, sangat disayangkan......


Saya tidak bisa mengikuti seleksi tahap kedua tersebut. Dikarenakan, tanggal seleksinya bertepatan dengan hari di mana siswa kelas 2 di sekolah saya harus melaksanakan Prakerin (magang). Dan, itu menjadi hal yang sangat disayangkan, padahal 3 hari kemudian saya sudah bisa menerima tiket masuk pesertanya yang nanti bakal bisa saya foto, huhu sedih deh.
Namun, saya tersadar. Masih ada hal yang lebih penting dari itu, yaitu.... MENCARI TEMPAT MAGANG! Haha, padahal 1 Oktober sudah mulai magang. Dan benar saja, saat yang lain sudah meluncur ke tempat magang masing-masing, saya masih berdiam diri di sekolah karena masih belum juga mendapatkan tempat magang. Sungguh menyedihkan.
Tapi, saya bersyukur banget dari pengalaman yang secuil ini, karena dari sini saya tahu bagaimana caranya memanfaatkan kesempatan yang ada dengan tidak putus asa untuk mencoba. Dan ternyata, saya menyadari bahwa selama ini kualitas menulis saya bisa dibilang 'leh ugha' (pede amat si, neng) :p ya walaupun saya tahu masih banyak yang perlu dibenahi. Namanya juga manusia, ngga ada yang sempurna, kan?

***

Berakhir sudah tulisan pada entri kali ini. By the way anyway, kalau yang ingin tahu cerita soal awal mula cari tempat magang sampai dapet dengan susah payah yang tentunya versi saya kapan-kapan bisa saya posting di kesempatan selanjutnya :)
Sekian, terima kasih! Semoga bisa bermanfaat dan menginspirasi kalian untuk tidak mudah menyerah dan tidak takut untuk mencoba :)))



"Jika tidak ada hal bodoh yang kamu lakukan di masa mudamu, maka tidak ada pula yang akan kamu tertawakan di masa tuamu" –unknown.

Popular Posts

Thank you, 2021

Menyusuri Lorong Kehidupan: Pencarian Terang di Tengah Kegelapan

Menerima kegagalan