Postingan

Menampilkan postingan dengan label Fiksi

Rumah lama

Gambar
Setelah 3 tahun berpergian ke luar kota, aku memutuskan untuk kembali ke kampung halamanku. Dan aku ingat, aku memiliki rumah masa kecil yang telah lama aku tinggalkan. Di dalam rumah ini telah terisi orang-orang yang pernah menyumbang warna di dalam hidupku. Setelah aku berada di ambang pintu gerbang rumah itu, sejenak aku berpikir... apa yang akan mereka pikirkan saat melihatku, si pemilik rumah, telah kembali? Suatu hari, sambil berjalan-jalan, aku teringat akan sebuah rumah. Rumah lama yang dulu aku sangat bangga telah memilikinya. Rumah yang berisi dengan kenangan. Rumah yang menyenangkan, namun juga menyesakkan. Dan kini, sudah hampir 3 tahun setelah aku pergi meninggalkan rumah itu untuk pertama kali. Apa kabarnya, ya? Apakah rumah itu masih menyesakkan seperti dulu? Bagaimana dengan dinding-dindingnya, ya? Walaupun aku tidak bisa mendeskripsikan secara pasti bentuk rumah itu, aku betul-betul merasa rindu untuk kembali ke sana. Dan pada malam hari ini juga, 19 Juni 2022, aku te...

Kematian di hari kelahiran

Gambar
Saat sepasang suami istri memanjatkan doa dan merayakan bertambahnya usia sang buah hati, pada saat yang sama, ada sebuah keluarga yang menangis tersedu-sedu karena telah kehilangan orang terkasih. Pesta ulang tahun? Kenapa kita harus merayakan usia kita yang semakin memendek? Aku hanya bergumam dalam hati saat melihat semua orang bersorak gembira ketika Gabby kecil berusaha memadamkan api-api yang berada di ujung lilin yang menancap mengelilingi kue ulang tahunnya. *** 12 tahun yang lalu, orang tuaku berpisah. Saat itu, aku baru saja genap berusia 10 tahun. Tanpa sepengetahuanku, ayah dan ibuku telah mengurus berkas-berkas untuk perpisahan mereka. Juga, mereka harus bolak balik pengadilan untuk melakukan sidang perceraian. Sementara itu, yang aku tahu hanyalah hari Minggu adalah hari favoritku, karena ayah dan ibuku akan datang menjengukku. Ya, saat itu, aku sedang tak berada dalam dekapan siapapun diantara mereka berdua. Sudah 1 tahun berlalu aku tinggal bersama kakekku. Hari Minggu…...

Cinta, bagaimana seharusnya?

Sudah dua jam kami tidak berbicara sejak telepon pertama kali tersambung. Rasanya sangat melelahkan harus menghadapi sebuah perselisihan di tengah malam Minggu seperti ini. Aku yang terlalu rindu memutuskan untuk menelepon Ardi. Namun sayangnya, rasa rinduku berakhir dengan rasa kecewa, sakit, dan marah setelah aku mengetahui bahwa ternyata kami berdua memiliki pandangan yang berbeda soal hubungan ini. Aku merasa, kami masih belum cukup siap untuk menjalani hubungan yang lebih serius. Aku kecewa, karena harapan yang aku taruh begitu tinggi kepada Ardi, tak sampai kepadanya. “Bukannya aku ngga mau nikah sama kamu, tapi aku rasa lebih baik kita ngejalanin hubungan ini pelan-pelan aja, ya,” Ardi mulai kembali membuka suara. Hanya dengan mendengar suaranya saja, aku seperti bisa melihat ekspresinya dari dekat. Matanya lesu dan alisnya sedikit terangkat. Mimik wajahnya penuh harap sambil dibumbui sedikit rasa putus asa. “Pelan-pelan gimana, Ardi? Kita udah ngejalanin hubungan ini selama 5 t...