Kematian di hari kelahiran

Saat sepasang suami istri memanjatkan doa dan merayakan bertambahnya usia sang buah hati, pada saat yang sama, ada sebuah keluarga yang menangis tersedu-sedu karena telah kehilangan orang terkasih.

Pesta ulang tahun? Kenapa kita harus merayakan usia kita yang semakin memendek? Aku hanya bergumam dalam hati saat melihat semua orang bersorak gembira ketika Gabby kecil berusaha memadamkan api-api yang berada di ujung lilin yang menancap mengelilingi kue ulang tahunnya.

***

12 tahun yang lalu, orang tuaku berpisah. Saat itu, aku baru saja genap berusia 10 tahun. Tanpa sepengetahuanku, ayah dan ibuku telah mengurus berkas-berkas untuk perpisahan mereka. Juga, mereka harus bolak balik pengadilan untuk melakukan sidang perceraian. Sementara itu, yang aku tahu hanyalah hari Minggu adalah hari favoritku, karena ayah dan ibuku akan datang menjengukku.

Ya, saat itu, aku sedang tak berada dalam dekapan siapapun diantara mereka berdua. Sudah 1 tahun berlalu aku tinggal bersama kakekku. Hari Minggu… terkadang hanyalah hari biasa dengan harapan kosong di dalamnya. Saat itu, temanku pun tak banyak. Kakekku terlalu keras, sehingga aku terlalu takut untuk bahkan keluar rumah. Mungkin itu sebabnya teman-temanku menjauhiku, dan menganggapku aneh.

Aku merasa asing. Aku tinggal di sebuah desa kecil yang jauh dari perkotaan, tinggal bersama seorang kakek tua yang awalnya aku juga merasa asing atas sosoknya. Walaupun aku tinggal di rumah yang besar, aku merasakan kekosongan. Aku tak punya teman. Teman bicaraku hanyalah buku, dan sepeda kecil hadiah dari pamanku. Di kelas, tak jarang, orang-orang juga membicarakanku di belakang karena keanehanku. Siapa kakek itu? Terlihat menakutkan. Mana orang tuamu? Kenapa ia tak pernah datang ke sekolah? Mereka terus bertanya tiada henti.

Pernah suatu hari, beberapa hari sebelum hari ulang tahunku, aku bercerita kepada salah satu sahabatku, Nanda, bahwa sebentar lagi aku akan berulang tahun. Dan dengan bangganya, aku mengatakan bahwa aku ingin sebuah hadiah.

Saat hari ulang tahunku tiba, aku berdoa sesaat sebelum pergi ke sekolah agar aku bisa mendapatkan hadiah spesial hari ini dari salah satu temanku. Apapun bentuk hadiah itu akan aku terima. Dengan semangat aku melangkahkan kaki pergi sekolah. Sesaat setelah memasuki pintu kelas…

Byuurrrr! Sebuah ember jatuh dari atas dan berhasil menutupi kepalaku. Badanku basah. Ternyata, ember itu telah berisi air yang sengaja di siapkan untuk mengguyurku. Setelahnya, aku melihat suara tawa yang perlahan semakin membesar. Tampaknya, inilah hadiah dari mereka. Hadiah yang sangat berkesan dan membuatku sakit hati hingga saat ini.

Aku yang kesal dan hampir menangis, berteriak dengan nada melengking khas anak-anak, “Apa yang kalian lakukan?!”

“Kami sedang merayakan ulang tahunmu! Selamat yaaaa!”

Semenjak itu, aku terus merahasiakan hari ulang tahunku. Aku yakin, di tahun berikutnya mereka sudah lupa hari ulang tahunku. Aku lebih memilih diam daripada harus pulang dengan baju kotor dan basah seusai perayaan ulang tahun. Perayaan macam apa yang mirip dengan perundungan dan justru membuatku tersiksa?

***

“Selamat ulang tahun! Kami sangat menyayangimu, Gabby!” kata Ibu dan Ayah Gabby sambil memeluk badan mungil Gabby. Senyum Gabby semakin melebar. Aku tahu, Gabby baru sepuluh tahun. Aku pun berharap bahwa ia akan tumbuh menjadi gadis yang luar biasa cerdas. Namun, bagaimanapun, aku hanya bisa meninggikan kedua sudut bibirku tanpa menampakkan gigi. Mataku sayu, sudut luar alisku menurun. Rasanya, aku hanya ingin segera lari ke kamar mandi, mengunci diri, dan menangis.

16 Juni 2022. Pamanku meninggal. Tepat beberapa jam sebelum pesta ulang tahun dimulai. Perasaanku kacau. Aku telah kehilangan seseorang yang pernah mewarnai masa kecilku. Kini, yang tersisa hanyalah kenangan-kenangan tentang beliau. Aku merasa bersalah. Merasa bersalah karena tak seharusnya aku bergembira di hari kematiannya. Seharusnya hari ini aku menangis, menghampiri sepupu-sepupuku yang sedang menangis tersedu-sedu hari ini, berdoa bersama sebagai ucapan perpisahan untuk terakhir kalinya, dan membantu mereka mempersiapkan upacara pemakaman. Tak seharusnya aku di sini…

***

Teruntuk Gabby,

Selamat ulang tahun.

Aku harap, kau dapat tumbuh menjadi Gabby sebagaimana doa orang tuamu panjatkan di hari istimewamu ini. Jangan sia-siakan kasih sayang mereka, Gabby. Karena sesungguhnya, kehilangan itu sangat amat menyakitkan.

Popular Posts

Thank you, 2021

Menyusuri Lorong Kehidupan: Pencarian Terang di Tengah Kegelapan

Menerima kegagalan