Rumah lama

Setelah 3 tahun berpergian ke luar kota, aku memutuskan untuk kembali ke kampung halamanku. Dan aku ingat, aku memiliki rumah masa kecil yang telah lama aku tinggalkan. Di dalam rumah ini telah terisi orang-orang yang pernah menyumbang warna di dalam hidupku. Setelah aku berada di ambang pintu gerbang rumah itu, sejenak aku berpikir... apa yang akan mereka pikirkan saat melihatku, si pemilik rumah, telah kembali?

Suatu hari, sambil berjalan-jalan, aku teringat akan sebuah rumah. Rumah lama yang dulu aku sangat bangga telah memilikinya. Rumah yang berisi dengan kenangan. Rumah yang menyenangkan, namun juga menyesakkan. Dan kini, sudah hampir 3 tahun setelah aku pergi meninggalkan rumah itu untuk pertama kali.

Apa kabarnya, ya? Apakah rumah itu masih menyesakkan seperti dulu? Bagaimana dengan dinding-dindingnya, ya? Walaupun aku tidak bisa mendeskripsikan secara pasti bentuk rumah itu, aku betul-betul merasa rindu untuk kembali ke sana. Dan pada malam hari ini juga, 19 Juni 2022, aku telah sampai di depan gerbang rumah lama itu.

Rumah ini terlihat usang. Pencahayaannya yang remang-remang tak cukup memberikan kesan menyenangkan akan rumah ini. Aku masih bergidik ngeri nan ketakutan, namun aku tetap memberanikan diri untuk terus mencari kunci rumah itu.

Sial... aku lupa jika aku telah mengganti kunci asli rumah ini dengan yang baru. Apa yang aku pikirkan? Apakah dulu aku pernah hampir kehilangan rumah ini karena telah dibobol oleh pencuri? Sial, aku tidak ingat di mana aku meletakkan kunci itu.

Setelah mencari cara, akhirnya aku menemukan satu kunci misterius yang merupakan kunci cadangan rumah ini. Tidak... ini bukan kunci, namun lebih mirip bentuknya dengan telepon genggam. Aku berbicara melalui telepon itu dan menghubungi pemilik lahan rumah ini untuk membantuku masuk ke dalam rumah ini. Merepotkan sekali.

---

Setelah berhasil masuk hingga ke ambang pintu rumah, aku terkejut bukan main. Pasalnya, ada begitu banyak orang yang berada di dalam sana. Anehnya, orang-orang ini tampak bahagia, seperti tidak ada raut kesedihan dan kesengasaraan yang terlihat di wajah mereka.

"Apa yang mereka lakukan di sini?! Aku tak ingat ada banyak orang di dalam rumah ini! Sudah 3 tahun berlalu tapi mereka tetap berada di rumah ini! Aku tak melihat kesedihan di antara mereka semua!!" Aku berteriak dalam hati sambil merasa kebingungan.

Rumah ini... sebenarnya aku melakukan apa kepada mereka sehingga mereka tertarik dan betah berlama-lama di sini? Apakah aku melakukan promosi dan sebagainya? Sebenarnya, 3 tahun lalu, apa yang aku lakukan? Di mata mereka, aku orang yang seperti apa? Pertanyaan-pertanyaan itu terus muncul di kepalaku. Sambil terus kebingungan, aku berjalan mendekati mereka satu persatu. Mengamati dari ujung kepala sampai ujung kaki, berusaha untuk mendapatkan jawaban, atau setidaknya membuatku ingat siapa mereka.

Setelah kegigihanku mengamati mereka, sedikit demi sedikit kenanganku perlahan pulih. Aku seperti bernostalgia dan kembali ke masa lalu di mana aku bisa berinteraksi dengan mereka. Banyak dari mereka yang wajahnya tak ubahnya dari beberapa tahun yang lalu kami pertama bertemu. Sesekali, aku juga bertemu dengan beberapa orang yang aku sendiri tidak ingat dia siapa. Kenapa dia bisa berada di rumahku? Apakah aku yang mengundangnya? Namun, mereka-mereka yang tak ku kenal tampaknya nyaman menjadi tamu di rumah ini, walaupun rumah ini sebenarnya tampak membosankan bagiku.

Aku memutuskan untuk membiarkan mereka berada di sana dan menikmati waktu mereka. Aku memutuskan untuk tetap tak terlihat, sebagai upaya untuk membuat mereka tetap merasa nyaman di sana. Entah, apakah mereka akan pergi meninggalkan rumah itu suatu saat... itu keputusan mereka. Yang pasti, aku akan berterima kasih pada mereka yang sudah pernah hadir mengisi kosongnya rumah ini.

Perlahan, aku berjalan menuju pintu keluar. Di balik pintu keluar itu, aku melihat cahaya terang benderang. Aku berbalik, dan mengayunkan tangan untuk menutup kembali pintu rumah itu.

Suatu saat... aku akan kembali lagi. 

Popular Posts

Thank you, 2021

Menyusuri Lorong Kehidupan: Pencarian Terang di Tengah Kegelapan

Menerima kegagalan