Cinta, bagaimana seharusnya?
Sudah dua jam kami tidak berbicara sejak telepon pertama kali tersambung. Rasanya sangat melelahkan harus menghadapi sebuah perselisihan di tengah malam Minggu seperti ini. Aku yang terlalu rindu memutuskan untuk menelepon Ardi. Namun sayangnya, rasa rinduku berakhir dengan rasa kecewa, sakit, dan marah setelah aku mengetahui bahwa ternyata kami berdua memiliki pandangan yang berbeda soal hubungan ini. Aku merasa, kami masih belum cukup siap untuk menjalani hubungan yang lebih serius. Aku kecewa, karena harapan yang aku taruh begitu tinggi kepada Ardi, tak sampai kepadanya. “Bukannya aku ngga mau nikah sama kamu, tapi aku rasa lebih baik kita ngejalanin hubungan ini pelan-pelan aja, ya,” Ardi mulai kembali membuka suara. Hanya dengan mendengar suaranya saja, aku seperti bisa melihat ekspresinya dari dekat. Matanya lesu dan alisnya sedikit terangkat. Mimik wajahnya penuh harap sambil dibumbui sedikit rasa putus asa. “Pelan-pelan gimana, Ardi? Kita udah ngejalanin hubungan ini selama 5 t...