Nostalgila : Awal Masuk Magang (Part 1)

PS : Entry ini harusnya dipublikasikan bulan Februari, namun karena kegiatan yang padat merayap ditambah lagi harus menyelesaikan laporan OJT, alhasil entry ini baru bisa di post sekarang. Maafkan hamba :')

Masa magang saya sudah hampir berakhir. Rasanya, tidak enak apabila masa-masa magang ini dilewati begitu saja. Apa salahnya untuk sedikit bernostalgia tentang masa-masa cupu dahulu? Yang mulai dari ngga kedapetan tempat magang, mondar-mandir Surabaya - Sidoarjo demi cari-cari informasi tempat mana yang bisa terima anak magang SMK, and finally, sampai akhirnya bisa 'just arrived' di hotel yang kata teman-teman saya 'wow' ini. :) Alhamdulillah...

                                                                 ***
1 Oktober 2015

Teman-teman saya satu persatu mulai menghilang, meninggalkan sekolah, dan mulai praktek kerja industri ke tempat pilihan mereka masing-masing. Yup, tempat-tempat pilihan mereka bagus-bagus, ada yang langsung ke toko (spesialis) roti yang namanya sudah dikenal masyarakat luas, sampai hotel-hotel berbintang yang bagi saya ngga mungkin bisa masuk sana.
Saya di mana? kala itu, saya masih diam di bangku sekolah sambil berkonsultasi dengan guru-guru pembimbing saya untuk mencarikan tempat magang yang sekiranya memberikan peluang untuk saya, dan satu lagi teman saya. Sebut saja Mila.

Bukannya saya ngga berusaha untuk mencari tempat magang, justru saya adalah salah satu dari 37 siswa kelas XI Patiseri 2 yang paling ngotot dan nekat untuk mencari tempat magang yang minim peminat. Contohnya saja, dulu saya sempat memilih Hotel Majapahit sebagai hotel tujuan pertama saya. Tapi karena guru-guru meragukan kemampuan saya (karena rumah saya jauh banget, dan saya orangnya agak telatan :p), akhirnya saya memutuskan untuk batal mendaftar ke hotel tersebut. Kemudian, hotel pilihan saya yang kedua dan ketiga adalah... Sheraton dan JW Marriott Surabaya. Tapi, mimpi hanya lah mimpi. Lagi-lagi saya batal untuk mendaftar ke hotel tersebut dikarenakan beberapa hal yang entah membuat saya enggan dan tidak bernafsu lagi untuk mendaftar ke sana. Salah satunya adalah karena faktor 'ngga pede'. Ya, saya orangnya memang ngga pede-an, dan gampang pesimis. Jadi, segala sesuatu yang dianggap orang 'mungkin', tapi bagi saya 'ngga mungkin'.

Setelah sekian lamanya, akhirnya saya  searching internet tentang tempat yang mungkin bisa saya masuki, tetapi dengan syarat yang setidaknya bisa saya penuhi.

Option 1 : Alana Hotel, Surabaya
Option 2 : Dapur Coklat, Surabaya
Option 3 : Sun City Hotel, Sidoarjo
Option 4 : Lotte Mart, Sidoarjo

Sedikit demi sedikit saya mulai membuat list-list kecil tentang tempat-tempat yang menarik perhatian, agar esoknya saya bisa berkonsultasi ke guru pembimbing saya di sekolah. Yup!


                                                                 ***
3 Oktober 2015

"Toh, ya, kalau ngga keterima yaudah, emang udah nasib."

Saya mulai merasakan lelah, dan sedikit rasa putus asa. Saya nyaris putus asa saat itu.

Sesekali check-in Instagram, ada foto teman saya sedang berfoto bersama team hotel pilihannya, ada juga yang memfoto hasil cake praktek mereka yang cantik. Mereka tampak senang. Tidak dengan saya, yang sampai saat ini hanya terduduk lesu, menanti balasan e-mail dari tempat magang yang nyatanya tak kunjung datang.

                                                                 ***

Lupa tanggal berapa, hari Rabu sekitar tanggal 6 Oktober saya mendapat panggilan untuk interview. Senang rasanya, walaupun saya tahu, ini baru permulaan. Saya datang ke hotel bersama teman saya yang juga belum dapat tempat magang. Kami berdua diinterview. Alhamdulillah, tidak begitu mendebarkan.

Sepulang dari hotel, kami tidak langsung pulang. Kami masih mampir-mampir dulu ke Mall Ciputra yang letaknya tentu sangat dekat bahkan berdempetan dengan hotel ini. Ya, istilahnya sih kalo bersin bisa nyembur sampe mall. Pertama kalinya saya pergi ke mall mewah seperti ini. Saya merasa tidak memantaskan diri, atau bahasanya itu... minder lah. Banyak sekali baju-baju mahal terpampang didepan kaca-kaca toko. Kala itu kami seperti 2 orang anak yang terlepas dari induknya. Saking besarnya mall itu, kami sempet muter-muter ngga jelas nyari pintu keluar. Tidak lama memang, karena kami memang tidak berniat membeli apa-apa, kami hanya window shopping istilahnya. Hm... mau beli duit dari mana deh.

9 Oktober 2015
Hari yang yang ditunggu-tunggu datang juga. Perjanjiannya, sekitar hari Sabtu (9 Oktober 2015) hingga hari Senin (11 Oktober 2015) adalah pengumuman penerimaan bagi siapa yang diterima atau tidaknya. Dari situ, badan saya lemas, rasa percaya diri menghilang, dan ujung-ujungnya pasrah akan hasilnya. Toh, saya sudah berusaha sampai disini. Saya sudah berusaha buat datang jauh-jauh dari Kota Udang ke Kota Pahlawan, sepulang sekolah yang harusnya istirahat ini malah muter-muter nyari tempat cadangan jaga-jaga ntar kalo ngga keterima magang di hotel. :') Tapi dari itu semua, saya tetap berpositif thinking. Dan saat saya membuka e-mail, ternyata muncul satu e-mail yang berlabel "Penting" dari Yahoo!. Seperti yang sudah saya takutkan, e-mail itu adalah e-mail dari ibu Olivia, Training Manager hotel Ciputra. Dengan rasa kesal saya membuka e-mail tersebut (karena internet lemot sekali, duh), dan betapa terkejutnya saya bahwa hanya saya sendiri yang diterima di hotel ini! Alhamdulillaaahhhhh..... Saya langsung jingkrak-jingkrak ngga jelas di kamar, teriak-teriak ngga jelas, sambil nampar-nampar wajah sendiri tanda takut kalau cuma mimpi. Dan ternyata, kabar itu juga tidak tersampaikan melalui e-mail, namun juga by phone. Yap, Bu Olivia juga menelepon mama saya, dan itu semakin meyakinkan saya bahwa saya benar-benar keterima di hotel yang saya idam-idamkan :p

Dari sinilah saya mulai benar-benar menyadari, bahwa segala sesuatu yang kita inginkan, harus diimbangi dengan usaha, dan do'a yang maksimal. Mendapatkan kesempatan 'langka' ini tidak semudah membalikkan tangan, namun ada sesuatu yang saya korbankan untuk mendapatkannya. Saya berjuang sendiri waktu itu, berjuang mencari tempat-tempat yang sekiranya tidak ada orang lain yang menyaingi saya (walaupun pada akhirnya teman saya ngikut), panas-panasan mencari alamat hotel yang jauh nan disana, dan alhamdulillah ini hasilnya. Bukan karena saya katro atau apa ngga pernah masuk hotel bintang 5 (emang iya sih, bintang 1 2 3 4 aja ngga pernah wkwk) tapi karena saya benar-benar bisa merasakan hasil dari keringat yang saya keluarkan sendiri. Selain itu, ada juga faktor pendukung dibalik ini semua, yaitu do'a orang tua (khususnya mama) yang ampuh banget. Walaupun saya sering durhaka sama mama, tapi untungnya mama masih sudi mendoakan anak perempuannya yang sepertinya udah ngga pantes dianggap anak lagi. Makasih ma :')

Masalah satu sudah terlewati, masalah selanjutnya adalah, bagaimana nasib Mila? Setega itukah saya meninggalkannya sendirian? Bagaimanakah lingkungan hotel itu?


To be continued...

Popular Posts

Thank you, 2021

Menyusuri Lorong Kehidupan: Pencarian Terang di Tengah Kegelapan

Menerima kegagalan