Bahagia dari mana datangnya?

Kemarin, sebelum tidur, sempat ditanya tentang "3 hal yang membuatmu bahagia hari ini". Otomatis, aku langsung track back aktivitas seharian yang aku lakuin dan coba inget-inget hal-hal yang bikin perasaanku seneng, atau minimal yang bikin senyum itu apa.

Dalam sehari, aku cuma inget kalo di hari itu cuma ada 1 orang stranger yang ternyata sadar kalo aku udah pindah rumah. Padahal, aku pikir, ya, ngga akan ada yang tahu kalo ngga aku sendiri yang bilang. Agak creepy, sih, ya... tapi entah, kemarin itu adalah hal yang membuatku bahagia, karena ternyata aku bisa diingat oleh orang lain.

Sejujurnya, waktu itu juga aku ngga merasa bahagia-bahagia banget. Dan, benar... ternyata itu bukan bahagia yang sesungguhnya.

Jawaban dari pertanyaan di awal tadi, sebenarnya sederhana. Dengan menyadari hal-hal sekitar, berterima kasih kepada diri sendiri maupun orang lain saja itu sudah cukup.

Sepele, kan? Tapi, kenapa bisa?

Itu ada hubungannya dengan manusia itu sendiri, yaitu hormon kebahagiaan: serotonin, oksitosin, dopamin, dan endorfin. Hormon-hormon ini bisa diproduksi oleh manusia sendiri dan hebatnya, ini ngga bakal ilang. Manusia bisa bahagia hanya dengan melakukan aktivitas yang dapat men-trigger kemunculan hormon ini menjadi lebih banyak. Salah satunya adalah dengan hal-hal tadi, sesederhana menyadari keberadaan sekitar dan berterima kasih.

Dan, ya... aku baru tahu hal itu kemarin. Itu adalah hal yang luar biasa dan menarik untuk dipelajari. Selama ini, aku selalu mikir kalo kebahagiaan itu adalah sesuatu hal yang besar dan dapat diukur menggunakan sebuah 'nilai'. Entah itu uang, jabatan, penghargaan, pujian orang lain, dan sebagainya. Ngga jarang juga, aku lihat orang-orang menjadikan kebahagiaan itu sebagai tujuan hidup mereka.

Bahagia itu sesederhana dapat merasakan matahari yang terik, cahaya yang berubah warna karena hasil dari sentuhan cahaya matahari ke dedaunan, mendengar suara hewan, jalan kaki, atau makan makanan enak yang semuanya dapat dirasakan secara seksama dengan indra kita.

Tentu, ini menjadi PR besar buatku sendiri, yang selama ini salah dalam mengartikan kebahagiaan.  Menciptakan kebahagiaan itu gampang gampang susah, jadi dalam perjalanannya aku harus banyak belajar dan lebih peka untuk menyadari hal-hal sekitar yang mampu membuat aku hidup hingga detik ini.

Popular Posts

Thank you, 2021

Menyusuri Lorong Kehidupan: Pencarian Terang di Tengah Kegelapan

Menerima kegagalan