Pesan

Ini sepele, tapi buatku hal ini adalah hal yang bisa kita lihat untuk menilai karakter seseorang. Teks pesan.

Pagi ini--bukan, sebenarnya sudah berawal dari 2 hari yang lalu, saat siang hari--ada sebuah chat masuk ke WhatsApp yang diawali dengan pertanyaan:

"Mba, sibuk ga?"

Besoknya aku baru membalas balik, bilang seadanya kalau akhir-akhir ini sibuk karena skripsi. Terus, aku tanya ada apa. Dan, chat berlanjut kira-kira seperti ini.

"Aku mau tanya,"

"Mau tanya apa?"

"Cara membuat portfolio wkwk," -- ketawa dalam bahasa tulisan.

"Yang mau kamu tanyakan di bagian mananya?"

"Apa aja yang perlu dimasukkan ke dalam portfolio? wkwk" -- masih ketawa dalam bahasa tulisan.

"Ya terserah kamu."

"Bingung."

Dan berakhir dengan membiarkannya tanpa balasan.

Mungkin kelihatannya ini seperti chat biasa, sebuah tanya-jawab yang lumrah diterima orang-orang. Tapi, ada beberapa hal yang mau aku coba bedah di sini. Hal yang aku pikir karena saking sepelenya, ini ngga dipikirin orang lain kalo ini sangat berpengaruh dalam sebuah hubungan (hubungan apa aja, ya).

Pertama, banyak orang terbiasa nunggu ditanya dulu baru berani menyampaikan maksud dan tujuannya.

Dalam komunikasi sesederhana ini pun, jelas banget kalo hal ini sama sekali ngga efektif. Kita harus menyediakan waktu beberapa detik untuk mikir balasan apa yang bisa kita kirim ke dia yang sebenarnya bagi kita, kalo emang orang itu niat nanya, ngga perlu ditanya juga bakal ngomong sendiri, kan?

Kedua, pertanyaan yang seperti penyataan.

Kalau mau tanya, pasti akan lebih mudah dipahami kalau kita make kata-kata yang ngga ambigu dan jelas. Pastikan juga kalo itu kalimat tanya, atau bukan. Kalo emang butuh jawaban, gunakan tanda tanya setelah kalimat tanya. Kalau butuhnya ditanya secara lebih lanjut, ya setidaknya ada sedikit penjelasan yang mengikutinya dibalik pernyataan itu agar lebih bisa dipahami maksud kalian. Misalnya, dari pernyataan "cara membuat portfolio," menjadi "Aku mau buat portfolio, tapi aku ngga tau konten apa aja yang perlu dimasukin."

Ketiga, jangan maunya dingertiin.

Kalo kita aja ngga bisa ngungkapin perasaan kita, gimana orang lain mau ngerti? Sederhananya, kalau kita menginginkan sesuatu, belajar untuk menyampaikannya dengan cara apapun, bukan dengan kode-kode ngga jelas. Orang ngga bakal tahu isi hati kita gimana, jadi kita perlu belajar untuk mengenali dan menyampaikannya dengan bahasa yang bisa diterima orang lain.

Keempat, tunjukkan keseriusan dengan konteks yang mau dibicarakan.

Kalo nuansannya serius dan kita benar-benar membutuhkan pertolongan orang lain, jangan gunakan imbuhan kata yang dapat mengurangi nilai dari maksud kalian. Contohnya, ngasih kata 'wkwk' di akhir kalimat. Selain terdengar tidak sopan, itu juga dapat menunjukkan karakter asli kita seperti apa. Jadi, untuk itu harus hati-hati...

Selain ketiga poin tadi, ada hal yang lebih penting: jangan takut dengan penolakan.

Karena penolakan adalah sesuatu yang ngga bisa kita kontrol. Saat kita sudah berhasil menyampaikan maksud dan tujuan kita dengan jujur dan jelas walaupun akhirnya ditolak oleh orang lain, itu lebih baik rasanya daripada menyampaikan secara setengah-setengah tapi jadinya orang lain malah salah paham atau bahkan sama sekali ngga ngerti.

Popular Posts

Thank you, 2021

Menyusuri Lorong Kehidupan: Pencarian Terang di Tengah Kegelapan

Menerima kegagalan