Kenali Platonic Relationship: Persahabatan Tanpa Romansa Bukanlah Mitos Belaka

Mungkin, kamu sering mendengar narasi-narasi yang mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan sangat sulit untuk bisa menjalin hubungan tanpa melibatkan perasaan tertarik. Bahkan, sebagian besar orang percaya hubungan antar lawan jenis sejatinya bermuara pada hubungan romansa.

Saat kita membicarakan soal cinta, tidak jarang kita juga membicaran soal aktivitas dan kegiatan seksual. Bahkan, kita juga bisa menginginkan dan melakukan hubungan seksual dengan siapapun yang membuat kita tertarik.

Namun tahukah kamu, sebenarnya mungkin bagi kita untuk sama sekali menjalin hubungan persahabatan yang tidak didasari oleh rasa cinta, syarat, dan ketertarikan seksual. Hubungan ini disebut dengan hubungan platonik (Platonic Relationship).

Apa itu Platonic Relationship?

A man and woman's friendship. Photo by Genessa Panainte on Unsplash

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), platonik berarti sepenuhnya spiritual, bebas dari nafsu berahi dan cinta. Berbeda dengan hubungan romansa yang perlu mempertimbangkan segala aspek sebelum menjalaninya, hubungan platonik tidak mengharuskanmu untuk memenuhi syarat tertentu agar bisa diterima oleh pasangan platonikmu.

Apakah kamu menyadarinya, bahwa jika dilihat dari definisi ini saja, persahabatan pada dasarnya adalah hubungan platonik?
Penggunaan istilah platonik ini muncul dari gagasan filsuf kuno Plato, yang menginspirasi nama platonik itu sendiri. Pada masanya, Plato mempercayai bahwa hubungan platonik bisa membuat orang lebih dekat dengan idealitas ilahi atau sesuatu yang bersifat rohaniah. Karena kesucianNya, seseorang perlu untuk memiliki hubungan platonik yang jauh dari nafsu. Namun, pada era sekarang, pemaknaan hubungan platonik kini lebih merujuk pada hubungan persahabatan murni antar individu yang tidak melibatkan romansa dan nafsu.
Sesuai dengan pemahaman konsep platonikーbaik bromance (persahabatan antar laki-laki), womance (persahabatan antar perempuan), dan work spouse (persahabatan antar rekan kerja)ーsebuah hubungan yang mengharapkan adanya romansa atau seksual di kemudian hari bukanlah termasuk pada pertemanan platonik.

Ngomong-ngomong soal work spouse, pada hubungan persahabatan antar rekan kerja atau kolega ini berarti hubungan dekat non-seksual yang bisa berlaku baik antara kamu dengan kolega perempuanmu, atau kamu dengan kolega laki-lakimu, ya.

Untuk membantumu memahami lebih lanjut, sebaiknya kita perlu mengetahui bagaimana, sih, jenis hubungan yang bukan termasuk hubungan platonik?

Jenis hubungan yang bukan platonik

Pertama, Friends with Benefits (FWB).

Walaupun di antara kamu tidak ada yang memiliki minat untuk menjalin hubungan romantis, Friends with Benefits (FWB) tidak bisa dikatakan sebagai hubungan platonik. Sesuai definisinya, hubungan ini memungkinkan kamu untuk sesekali melakukan hubungan seksual di samping persahabatan yang sedang kamu jalani, sedangkan hubungan platonik sama sekali tidak melibatkan seksualitas di dalamnya.

Kedua, cinta bertepuk sebelah tangan.

Jika kamu sedang menyukai seseorang, kamu mungkin berpikir menjadi sahabatnya adalah langkah pertama yang bisa kamu lakukan untuk mendekatinya. Secara tidak langsung, hal ini mengisyaratkan adanya harapan darimu dari persahabatan ini yang nantinya bisa berubah menjadi hubungan romansa. Adanya syarat dan harapan yang kamu letakkan sembari kamu menjalani persahabatan ini membuat hubungan sejenis ini tak bisa disebut sebagai platonik.

Ketiga, bersahabat dengan motif tertentu.

Apapun motif yang kamu miliki, baik atau buruk, persahabatan dengan mengacu pada niat tertentu mengesankan ketidakjujuran, bahkan cenderung negatif. Seperti misalnya, bersahabat dengan anak dari salah satu direktur di perusahaan tempatmu bekerja dengan harapan suatu saat kenaikan kariermu akan dipertimbangkan, atau kamu menjalin persahabatan dengan seorang teman pemilik kafe di ibu kota dengan harapan ia bisa memberikanmu potongan harga khusus untukmu.

Walaupun pada akhirnya motifmu ini akan diketahui oleh sahabatmu atau tidak, hasilnya sama-sama berisiko. Jika sahabatmu mengetahuinya, besar kemungkinannya ia akan benar-benar marah kepadamu dan ia merasa tidak dihargai. Bahkan jika tidak ketahuan pun, percayalah, hubungan yang dimulai dengan ketidakjujuran tidak akan berjalan dengan baik.

Jika sudah begini, apakah hubungan ini masih termasuk ke dalam hubungan platonik?

Keempat, bersahabat setelah putus.

Mengakhiri sebuah hubungan, terutama hubungan yang telah kamu jalani bertahun-tahun memang terasa menyakitkan. Tidak aneh ketika setelah putus pun, kamu masih memiliki perasaan suka padanya dan berharap suatu saat bisa menjalin hubungan romansa lagi dengannya. Walaupun memang telah diakui sulit untuk beralih dari kedekatan yang mendalam ke kedekatan yang platonik.

Pada akhirnya, perasaanmu yang masih tersisa membuatmu bingung. Sehingga, perasaan ini sangat memungkinkanmu untuk berada pada situasi putus-nyambung berulang kali dengan pasanganmu.

Lalu, bagaimana caranya agar kamu bisa memiliki hubungan platonik?

Boundary line. Photo by Ralph Katieb on Unsplash

Di beberapa kasus, seseorang bisa saja tetap memiliki hubungan platonik sekalipun pada awalnya mereka adalah sebuah pasangan. Entah kini menjadi mantan pacar, mantan suami, atau mantan istri. Walaupun itu tergantung pada keadaan dan alasan tiap-tiap orang.

Disinilah sebuah batasan menjadi sangat penting.

Membangun batasan ini dapat kamu lakukan dengan mendiskusikan pertanyaan berikut dengan sahabatmu.
  • Seberapa dalam kalian dapat berbicara soal hubungan romansa dan seksual?
  • Apa saja tindakan atau aktivitas yang bisa kalian bisa lakukan ketika bersama sesuai dengan definisi platonik? Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan?
  • Apakah batas antara hubungan persahabatan dengan hubungan romansa yang kalian definisikan sudah benar-benar jelas?
Adanya batasan yang jelas dan kemauan antar pihak untuk berpegang teguh pada prinsip persahabatan platonik memungkinkan persahabatan yang sehat untuk bisa terjadi. Dan dengan menghormati batasan pasangan platonikmu, itu artinya kamu juga menghormatinya.

Kalau kamu bertanya-tanya, “apakah saat ini aku sudah berada pada hubungan platonik?” Mungkin, kamu perlu untuk mengidentifikasinya melalui ciri-ciri hubungan platonik itu seperti berikut ini.

Beberapa tanda yang bisa kamu kenali ketika berada pada hubungan platonik

Bestfriends. Photo by Priscilla Du Preez on Unsplash
  • Pertama, kamu merasa memiliki kedekatan melalui kesamaan yang kamu miliki dengan pasangan platonik atau sahabatmu.
  • Kedua, ibarat kamu memiliki luka yang menganga dan membutuhkan pertolongan, kamu bersedia meluapkan berbagai perasaan dan pikiranmu secara jujur kepada pasangan platonik atau sahabatmu tanpa menutupinya dengan perasaan khawatir ia menganggapmu lemah.
  • Ketiga, kamu merasa dapat diterima seutuhnya oleh pasangan platonikmu. Cirinya, kamu merasa nyaman bersamanya dan hubungan ini tidak terkesan memberatkanmu. Kamu juga merasa aman dan bebas untuk menjadi dirimu sendiri tanpa merasa khawatir akan ditolak olehnya.
  • Keempat, walaupun kamu dan pasangan platonikmu saling berkomunikasi secara intens, namun kamu memahami bahwa ada batas-batas tertentu yang kamu dan pasangan platonikmu miliki. Kamu, atau pasanganmu, tidak saling memaksa untuk melakukan hal-hal yang tidak ingin dilakukan, atau bahkan memaksamu untuk menjadi sesuatu yang bukan dirimu.
Walaupun tanda utama hubungan platonik adalah tidak adanya ketertarikan romansa atau seksual antara satu sama lain, namun pada akhirnya tetap ada kemungkinan bagi keduanya untuk saling tertarik dan memutuskan untuk memulai hubungan romansa.

Beberapa kali kamu mungkin juga pernah menjumpai adanya hubungan work spouse yang semulanya platonik, namun lama-kelamaan salah satu dari mereka mulai menyadari adanya ketertarikan untuk memulai hubungan romansa. Sehingga, mereka mulai melibatkan syarat-syarat yang mengikat, atau bahkan menginginkan sebuah hubungan seksual. Jika ini terjadi, maka saat itulah hubungan tersebut tidak lagi platonik.

Memangnya, hubungan platonik ini ada keuntungannya?

Wajar saja jika kamu tidak bisa membayangkan keuntungan apa yang bisa kamu dapatkan ketika kamu menjalani sebuah hubungan platonik atau persahabatan, mengingat istilah dan pemahaman konsep ini masih awam untuk dikenal. Namun setidaknya, ada beberapa keuntungan yang bisa kamu dapatkan jika kamu berada pada hubungan platonik, seperti beberapa di bawah ini.

Hubungan platonik bisa menjagamu untuk tetap sehat secara fisik ataupun mental.

Bisa dikatakan, ketika kamu mengalami sebuah masalah dan tak tahu bagaimana cara mengatasinya, masalah itu akan semakin menumpuk dan perlahan semakin membebanimu. Akibatnya, kamu akan merasa lelah secara mental yang kemudian memengaruhi kesehatan fisikmu, seperti kekebalan tubuhmu menurun, hingga memungkinkanmu untuk mengalami depresi dan gangguan kecemasan.

Beruntungnya, memiliki hubungan platonik yang sehat, pasangan platonikmu bisa membantumu memberikan dukungan emosional untukmu sebagai langkah pertama. Mereka siap melebarkan telinganya, mendengarkan setiap kata yang kamu katakan, memberikan validasi, dan membantumu saat kamu membutuhkannya. Ketika mental dan emosionalmu sehat, hal ini juga akan memengaruhi kondisi fisikmu menjadi lebih sehat.

Dapat membantumu agar tidak stres berlebihan.

Masih berhubungan dengan keuntungan yang pertama, ketika kamu memiliki seseorang yang selalu siap siaga di sampingmu (selain keluarga dan pasangan romantismu), dapat memperkecil kemungkinan untukmu mengalami stress berlebih. Kehadiran sosok tersebut dapat membuatmu tenang sehingga kamu mampu mengatasi sumber stres itu sendiri.

Membuatmu percaya diri menghadapi masalah.

Pasangan platonikmu, terlepas dari gendernya, bisa membantumu untuk lebih percaya diri dalam menghadapi masalah.

Katakanlah masalah dengan kekasihmu, keluarga, rekan kerja, atau bahkan kesehatanmu, pasangan platonikmu dapat memberikanmu dukungan agar kamu bisa lebih tangguh menghadapi masalah-masalah tersebut. Seperti dukungan emosi berupa afirmasi positif, hingga memberikan sebuah solusi terbaik yang ia bisa berikan padamu.

Platonic relationship. Photo by Saeed Karimi on Unsplash.

Kesimpulan

Dibalik semua narasi ketidakmungkinan seseorang menjalin hubungan platonik, adanya batasan yang tegas dan kemauan antar pihak untuk berpegang pada prinsip hubungan yang sehat membuat hubungan platonik sangat mungkin untuk dilakukan oleh siapapun.

Sebagai makhluk sosial, kamu tetap dianjurkan untuk memiliki hubungan platonik untuk membantumu mengatasi segala kesulitan yang kamu hadapi, di luar hubungan kekeluargaan dan hubungan romantis, ya.

Apakah kamu pernah memiliki pengalaman berada pada hubungan platonik?

Referensi

[1] What is a Platonic Relationship?
[2] Platonic Friendships Are Possible (and Important)
[3] Platonic Relationship: Mengenal Lebih Dalam Ciri dan Manfaatnya

Popular Posts

Thank you, 2021

Menyusuri Lorong Kehidupan: Pencarian Terang di Tengah Kegelapan

Menerima kegagalan