If I failed again, I rather quit

Kalau gagal lagi untuk yang kesekian kalinya, aku sebaiknya menyerah.

Bukannya tak mau lagi berjuang, tapi mengingat atas segala usaha yang telah aku lakukan akhir-akhir ini: waktu, tenaga, uang, dan harapan yang aku korbankan untuk mendapatkan hasil akhir dari perjuangan ini, semuanya terlihat sia-sia. Tidak seimbang. Aku mengharapkan sesuatu yang tidak pasti. Harapan itu semu. Tidak ada yang bisa menjamin masa depan, bahkan sekuat apapun perjuangan itu.

If I failed again, I rather quit.

Rather than wanting something unsure... aku ingin menciptakan peluangku sendiri. Aku rasa dengan memaksimalkan potensi dan apa yang sudah ada saat ini, itu lebih baik (walaupun nyatanya tetap saja gigih kepada hal yang berada di luar kendalinya, sangat keras kepala). Mungkin, sangat perlu setidaknya satu kali menampar diri sendiri sebagai peringatan untuk menyadari bahwa hal yang telah diperjuangkan selama ini memang bukan diciptakan untukku.

Dengan kegagalan untuk yang kesekian kalinya, aku harap setidaknya ada pelajaran yang bisa aku ambil. Aku harap untuk bisa setidaknya menerima rasa kalah. Untuk ingat bahwa tidak semua fase dalam kehidupan harus dimenangkan. 

Sadarlah... kegagalan bukan sebuah aib. Bahkan, kegagalan yang kamu rasakan saat ini, justru akan terasa semakin mencekik saat kamu memilih untuk memendamnya sendiri. Menceritakan kegagalan kepada orang lain tidak akan membuatmu lebih buruk.

Tapi... mengapa itu sangat sulit untuk disadari?

If I failed again, I rather quit.

But, I promise, I will be starting again whenever I am ready.

Popular Posts

Thank you, 2021

Menyusuri Lorong Kehidupan: Pencarian Terang di Tengah Kegelapan

Menerima kegagalan