Harapan

Pernahkah kita berpikir sejenak, mengapa kita masih bisa bertahan hingga saat ini? Apakah itu karena makanan yang kita makan sehari-hari? Atau rasa haus akan kebutuhan sosial manusia, yang akhirnya memaksa kita untuk terus hidup hingga detik ini.

Pernahkah kita bertanya, siapa sosok yang paling berpengaruh di dalam hidup kita? Apakah itu orang tua kita, saudara, guru, teman, atau... pasangan? Siapapun itu... dia lah alasan kita untuk dapat bertahan hingga sejauh ini.

Tapi, bagiku, semua hal itu ada berada di urutan nomor dua. Sebisa mungkin, aku selalu ingin menempatkan diriku sendiri, jiwa ini, yang sudah melekat selama 21 tahun di dalam raga ini untuk selalu menjadi prioritas dan alasan mengapa hingga saat ini aku masih hidup dan bertahan. Segala kesulitan dan rintangan yang berhasil kami―raga dan jiwa ini―lalui bersama... tentu dengan dukungan beberapa pihak yang kadangkala menyertai.

Sudah 21 tahun, kami bersama menapaki setiap jalan yang samar-samar terlihat oleh mata, kadang tertutup kabut yang membutakan, walaupun juga kadangkala akhirnya kami tersesat. Namun, dengan kemampuannya, dengan kepercayaannya terhadap diri―walaupun juga pada bagian ini, juga seringkali tersesat dan hampir menyerah―ini, pada akhirnya mampu membawa kami menemukan kembali jalan yang dicari selama ini. Memang, akan memerlukan waktu yang cukup panjang untuk bisa sampai ke ujung yang dinantikan. Tapi, karena tersadar bahwa suatu saat, orang-orang yang menyertai akan pergi meninggalkan satu persatu, untuk itu kami harus kuat... berdiri dan kemudian berjalan beribu-ribu kilometer lagi menyusuri panjangnya lorong waktu kehidupan. Karenanya, siapa lagi yang bisa digantungkan? Bahu siapa yang bisa kami sandari saat merasa lelah? Siapa yang akan mengobati luka di kaki saat kami mengalami bencana di tengah perjalanan ini?

Dan... apa yang mampu membuat kami―raga dan jiwa ini―bertahan hingga sejauh ini? Itu mungkin karena kami telah melihat ada seberkas titik cahaya yang... kadang diragukan dan cukup sulit untuk dilihat oleh mata secara sadarpun. Tapi, begitu cahaya itu jatuh tepat mengenai retina, kami percaya bahwa karena cahaya itu, ada harapan, harapan yang akhirnya menggerakkan diri ini untuk terus bergerak, berusaha mengubah setiap titik tenaga menjadi sebuah tujuan, yang pada akhirnya titik cahaya itu akan semakin terlihat jelas, dan perlahan bisa membuat kami keluar bersama dari gelapnya lorong waktu ini.

Popular Posts

Thank you, 2021

Menyusuri Lorong Kehidupan: Pencarian Terang di Tengah Kegelapan

Menerima kegagalan