Apa yang hawa butuhkan?

Hubungan ini sudah berjalan satu tahun lebih satu bulan sejak pertama kali kami bertemu. Masih seumur jagung memang. Terlebih, saat ini kami sedang berada pada situasi hubungan jarak jauh. Sebagai perempuan, ini jelas sangat susah dihadapi karena kami adalah makhluk yang sangat melankolis, penuh perasaan.

Di sela-sela hubungan ini, tak jarang selalu terbesit pertanyaan besar: Apa yang perempuan benar-benar butuhkan dari seorang laki-laki?

Jawaban dari pertanyaan di atas sungguhlah subjektif. Para perempuan pasti akan berpasangan dengan laki-laki yang dapat melengkapi kekurangan dirinya. Karena itulah, jawaban tersebut perlu dijawab secara personal. Walaupun memang secara psikologis, para ahli mengatakan ada beberapa hal yang sudah wajib menjadi kebutuhan perempuan akan laki-laki yang berlaku untuk seluruh kaum hawa.

Secara pribadi, sikap akan mau mendengarkan adalah hal pertama yang benar-benar aku butuhkan. Hidup dan besar di lingkungan yang berbeda-beda, dengan macam-macam watak dan karakter yang beragam, sangat sulit untuk menemukan orang yang mau melebarkan telinganya untuk mendengarkan apa isi hatiku, keluh kesahku, dan bahkan kebutuhan akan sikap yang aku harapkan untuk mereka.

Kedua, manajemen emosi yang baik adalah kunci dari hubungan yang sehat, setidaknya menurut aku pribadi. Jika salah satunya api, maka lebih baik jadilah air. Walaupun kata orang-orang aku termasuk orang yang jarang sekali marah, tapi aku sadar, emosiku tidak stabil. Kadang-kadang, aku terlalu mencemaskan hal-hal sepele yang berujung pada sikap yang kurang baik, bahkan marah tanpa tahu alasan jelasnya. Tentu, aku adalah apinya. Aku perlu air agar sewaktu-waktu saat kami benar-benar terjebak di situasi yang sangat panas, konflik itu tidak akan membakar habis hubungan ini.

Dia yang tidak rendah diri namun bersedia untuk selalu membuka diri juga menjadi salah satu sifat yang aku butuhkan. Sebagai perempuan yang hidup dengan 90% perasaan dan 10% logika, yang selalu mendengarkan terlebih dahulu apa kata hati mereka dibandingkan dengan apa kata otak mereka, sangat rentan dengan perasaan rendah diri dan rasa tidak aman. Dia yang merasa dirinya cukup adalah pelengkapnya. Saat kita mampu bertemu dengan seseorang yang memiliki gambaran diri yang cukup baik, secara tidak langsung, kita juga akan dapat merasakan energinya. Energi tersebut sedikit banyaknya membantu kita untuk dapat terus hidup dalam perasaan yang seimbang. Tidak terlalu rendah diri, pun tidak terlalu tinggi.

Bagaimana dengan dia yang saat ini bersama? Adakah sikap-sikapnya memenuhi kriterianya? Kami belum berjalan lama, karenanya aku tidak bisa benar-benar memberikan penilaian akhir. Aku masih sangat terbuka dengan kemungkinan perubahan sikap yang akan terjadi seiring dengan bertambahnya usia hubungan kami. Namun, bisa dikatakan, dia saja sudah sangat cukup, dan aku sangat bersyukur tentang itu.

Popular Posts

Thank you, 2021

Menyusuri Lorong Kehidupan: Pencarian Terang di Tengah Kegelapan

Menerima kegagalan