Postingan

The journey has been started

Yes, it is. Aku kembali. Aku memulainya lagi. Perjalanan ini resmi dimulai hari ini dengan menyusun poin-poin rencana hingga satu tahun ke depan. Menyusunnya lengkap dengan waktu dan periodenya. Hari ini, telah resmi aku deklarasikan tujuan itu. Dengan rencana yang ada, harapannya semua akan berjalan tidak jauh dari apa yang telah diharapkan. Walaupun, pasti, di depan nanti akan lebih banyak tantangan yang menghadapi. Itu tidak dapat diprediksi. Tapi bisa diatasi. Semoga, hal itu tidak lagi membuatku gentar. Aku memulainya lagi. Kali ini, aku akan melakukannya dengan perlahan. Perlahan tapi pasti. Aku akan melakukannya dengan penuh hati-hati dan juga strategi. Kali ini, aku sangat bersemangat. Sungguh-sungguh tidak sabar akan menghadapi masa depan. Perjalanan hidupku baru saja dimulai. Aku sadar, di dalam hati kecilku masih berbisik akan keraguan tentang pilihan ini. Apakah ini sungguh-sungguh keputusan yang tepat? Apakah ini semua adalah pilihan yang benar? Pertanyaan itu rasanya akan...

If I failed again, I rather quit

Kalau gagal lagi untuk yang kesekian kalinya, aku sebaiknya menyerah. Bukannya tak mau lagi berjuang, tapi mengingat atas segala usaha yang telah aku lakukan akhir-akhir ini: waktu, tenaga, uang, dan harapan yang aku korbankan untuk mendapatkan hasil akhir dari perjuangan ini, semuanya terlihat sia-sia. Tidak seimbang. Aku mengharapkan sesuatu yang tidak pasti. Harapan itu semu. Tidak ada yang bisa menjamin masa depan, bahkan sekuat apapun perjuangan itu. If I failed again, I rather quit. Rather than wanting something unsure...  aku ingin menciptakan peluangku sendiri. Aku rasa dengan memaksimalkan potensi dan apa yang sudah ada saat ini, itu lebih baik (walaupun nyatanya tetap saja gigih kepada hal yang berada di luar kendalinya, sangat keras kepala ). Mungkin, sangat perlu setidaknya satu kali menampar diri sendiri sebagai peringatan untuk menyadari bahwa hal yang telah diperjuangkan selama ini memang bukan diciptakan untukku. Dengan kegagalan untuk yang kesekian kalinya, aku har...

Thank you, 2021

2021 telah berakhir. Hari ini, Senin, tepat tanggal 3 Januari 2022 di hari pertama masuk kerja, aku menulis ini. Beberapa hari sebelum 2021 berakhir, aku menyempatkan diri untuk banyak berkontemplasi. Menyusun rencana, tujuan, dan mimpi yang perlu dicapai tahun selanjutnya. Entahlah... aku hanya menyusunnya secara abstrak tanpa tenggat waktu. Aku berusaha membuat diriku tetap fleksibel dengan segala kemungkinan yang ada. Akhir tahun 2021, aku sangat mengimpikan studi lanjutan setelah sarjanaku. Aku berusaha mencoba pada kesempatan pertama walau gagal. Kesempatan kedua--aku masih menunggu hingga kini, pedoman itu--namun entah, rasanya sudah tidak ada minat lagi. Pertengahan tahun 2021, aku memiliki masalah pada rasa percaya diri. Rasa tidak puas terhadap diri sendiri, begitupun dengan rasa aman. Walaupun pada pertengahan tahun lalu aku telah menemukan sosok yang menurutku tepat untuk menjadi partner , tapi entah, pertengahan tahun 2021 adalah saat-saat terpuruk dengan segala rasa tidak-...

Keputusan: take it or leave it

Dalam 24 jam sehari, rasanya ngga ada detik-detik yang kita lewati tanpa sebuah keputusan. Mulai dari siang ini mau makan apa, sampai keputusan-keputusan besar yang menuntun kita mencapai suatu tujuan. Bahkan, setelah keputusan itu dibuat, masih harus membuat satu keputusan lagi, yaitu 'mulai' atau 'tunda'.  Mulai, artinya kita siap akan segala konsekuensi dan rintangan di depan. Tidak ada keraguan. Kalaupun ada, dengan mudah bisa diatasi―atau minimal sudah ada skenario yang disiapkan. Sebaliknya, ragu menandakan bahwa masih ada banyak pertanyaan yang muncul dan belum terjawab. Belum ada rencana pasti, atau sekedar tiadanya kesiapan diri. Take it or leave it . Sebuah frasa beda bahasa namun bermakna sama. Kalau berani ambil resiko, lakukan. Tapi, kalau ragu, tinggalkan. Sebuah keputusan pada umumnya tidak bisa dilakukan dalam semalaman, setidaknya menurutku sendiri. Kalaupun bisa, setelah sebuah keputusan diambil akan ada banyak pertanyaan yang mengiringi. Secara pribad...

Bahagia dari mana datangnya?

Kemarin, sebelum tidur, sempat ditanya tentang "3 hal yang membuatmu bahagia hari ini". Otomatis, aku langsung track back aktivitas seharian yang aku lakuin dan coba inget-inget hal-hal yang bikin perasaanku seneng, atau minimal yang bikin senyum itu apa. Dalam sehari, aku cuma inget kalo di hari itu cuma ada 1 orang stranger yang ternyata sadar kalo aku udah pindah rumah. Padahal, aku pikir, ya, ngga akan ada yang tahu kalo ngga aku sendiri yang bilang. Agak creepy , sih, ya... tapi entah, kemarin itu adalah hal yang membuatku bahagia, karena ternyata aku bisa diingat oleh orang lain. Sejujurnya, waktu itu juga aku ngga merasa bahagia-bahagia banget. Dan, benar... ternyata itu bukan bahagia yang sesungguhnya. Jawaban dari pertanyaan di awal tadi, sebenarnya sederhana. Dengan menyadari hal-hal sekitar, berterima kasih kepada diri sendiri maupun orang lain saja   itu sudah cukup. Sepele, kan? Tapi, kenapa bisa? Itu ada hubungannya dengan manusia itu sendiri, yaitu hormon keba...

Pesan

Ini sepele, tapi buatku hal ini adalah hal yang bisa kita lihat untuk menilai karakter seseorang. Teks pesan. Pagi ini--bukan, sebenarnya sudah berawal dari 2 hari yang lalu, saat siang hari--ada sebuah chat masuk ke WhatsApp yang diawali dengan pertanyaan: "Mba, sibuk ga?" Besoknya aku baru membalas balik, bilang seadanya kalau akhir-akhir ini sibuk karena skripsi. Terus, aku tanya ada apa. Dan, chat berlanjut kira-kira seperti ini. "Aku mau tanya," "Mau tanya apa?" "Cara membuat portfolio wkwk," -- ketawa dalam bahasa tulisan. "Yang mau kamu tanyakan di bagian mananya?" "Apa aja yang perlu dimasukkan ke dalam portfolio? wkwk" -- masih ketawa dalam bahasa tulisan. "Ya terserah kamu." "Bingung." Dan berakhir dengan membiarkannya tanpa balasan. Mungkin kelihatannya ini seperti chat biasa, sebuah tanya-jawab yang lumrah diterima orang-orang. Tapi, ada beberapa hal yang mau aku coba bedah di sini. Hal yang ...

Daring

Daring, adalah kata bahasa Indonesia dari online, yang berarti dalam jaringan, terhubung melalui jejaring komputer, internet, dan sebagainya (KBBI). Pada masa pandemi seperti saat ini, semua kegiatan, baik yang berhubungan dengan akademisi, pekerjaan, bahkan pertemuan-pertemuan hampir 90% dilakukan secara daring, melalui internet. Aku sadar betul, bagaimana teknologi daring ini mengubah hampir 180 derajat kehidupan manusia, terutama bagi masyarakat Indonesia. Pertama, akhir-akhir ini mulai banyak UMKM baru yang lahir pada saat keadaan krisis pandemi. Mereka mamnfaatkan teknologi daring untuk memulai sebuah usaha, promosi, dan menghasilkan uang. Aku yakin, ini memang tidak mudah. Aku melihat beberapa tahun belakangan, masyarakat Indonesia banyak yang masih mengandalkan tenaga konvensional, menyiapkan segala sesuatunya secara manual, bahkan dalam teknik promosinya pun masih menggunakan brosur dan media cetak lainnya. Saat ini, semuanya sudah tergantikan. Bagiku sendiri, ini merupakan seb...