Postingan

Bentuk Konsistensi Sebenarnya

Gambar
Ide tulisan kali ini hadir dari kegelisahanku akhir-akhir ini, yaitu sulitnya menjaga konsistensi. Misalnya, yang paling aku rasain banget adalah soal konsisten menulis 2 halaman tiap pagi yang mulai hancur. Bukan tanpa alasan, tapi memang kadang-kadang rasanya nggak tiap hari aku punya mood yang bagus buat nulis. Bahkan akhir-akhir ini juga pernah waktu udah nulis satu paragraf, rasanya kayak aku udah nggak punya hal lain lagi buat ditulis. Berakhir dengan tutup buku, dan langsung kerja. Mungkin, penyebabnya adalah karena aku memasang target untuk menulis setiap harinya 2 halaman, sekitar 500 kata. Sebenernya, 500 kata itu nggak terlalu sulit. Gampang. Tapi, aku sadar banget, memang nggak setiap hari aku bisa menulis sampai mencapai target 500 kata itu. Nah, kalau dalam kasus menulis jurnal tadi, "konsisten" yang ada di dalam bayanganku selama ini terdiri dari 2 unsur, yaitu setiap hari  dan 500 kata . Kalau aku nggak bisa memenuhi salah satunya, berarti aku gagal . Di hari

Surat Cinta dari Bestie

Gambar
Nggak bisa dipungkiri, kalau baru-baru ini aku punya banyak banget hal yang aku pikirin dan lakuin. Mulai dari ikutan kursus bahasa tiga kali seminggu, kegiatan perkuliahan kayak ospek dan PKBJJ, lalu ditambah lagi bulan September lalu, ada JUN sama mama yang dateng ke Bali. Jadi, mau ga mau aku harus meluangkan waktuku sebentar buat mereka. Enggak, aku nggak mengeluh. Justru, aku pikir, kemarin aku merasa belum bisa memaksimalkan waktuku buat mereka, terutama sama mama. Merasa agak menyesal, sih. Aku berharap semoga di tahun ini akan ada kesempatan lagi untuk mama bisa datang ke Bali dan aku bisa meluangkan waktuku lebih maksimal lagi buat dia. Banyak hal yang terjadi di bulan lalu, beriringan dengan meningkatnya stresku. Kalau udah stres, biasanya aku lebih impulsif buat ngelakuin sesuatu. Nggak mau ribet. Harus sat set sat set. Ciah, kayak bahasa anak zaman sekarang ye. Tapi, itu nyatanya. Dampaknya, aku jadi nggak lagi konsisten nulis jurnal. Aku nggak nyalahin siapa-siapa, kok. En

Tentang Kesiapan Menikah

Gambar
Sebenernya aku tuh udah siap nikah nggak, sih? Ini adalah salah satu pertanyaan yang muncul di benakku akhir-akhir ini. Yap, tentang pernikahan. Aku mempertanyakan ke diri sendiri beberapa hal yang sepertinya wajar banget buat mulai aku pikirin di usiaku sekarang. Aku udah dewasa, bukan lagi anak-anak. Yaaa, walaupun jujur kadang-kadang di dalam diri ini muncul perasaan memberontak karena jiwa ambis-ku menolak untuk membahasnya dan menganggapnya tabu. Dear myself, yuk, kita coba untuk berdialog sejenak. :) Pernikahan itu sesederhana menyatukan dua insan yang berbeda dengan tujuan yang sama untuk bisa saling melengkapi satu sama lain. Saling menguatkan. Aku akan coba untuk memvisualkannya menjadi sebuah cerita seperti di bawah ini. Bayangkan, ada sebuah kayak yang sedang menepi. Di ujung sana, ada kota yang terlihat sangat ramai. Kayak itu hanya muat dan bisa digerakkan oleh dua orang. Kayak itu satu-satunya kendaraan untuk bisa menuju ke kota. Waktu yang harus ditempuh dari ujung pulau

Merdeka dalam Menggapai Mimpi

Gambar
Nggak terasa, ya, kita udah di penghujung bulan Agustus. Minggu ini menjadi minggu penutup bulan Agustus yang penuh dengan kemerdekaan. Tapi, apakah kita sendiri sudah yakin kalau kita sebagai manusia juga telah merdeka? Aku nggak yakin. Jika istilah merdeka yang digaungkan adalah soal membebaskan diri dari belenggu penjajah, nyatanya kita sendiri sebagai manusia masih sering membiarkan orang lain menguasai hidup kita. Mungkin memang orang tersebut tidak menyakiti secara fisik, tapi pernahkah kamu merasa terbebani dengan tuntutan yang ia berikan padamu? Jika jawabannya adalah iya, maka bagiku, kamu belum merdeka. Bagiku, merdeka adalah memiliki kontrol sepenuhnya atas hidup kita sendiri, berhak memilih, dan bersedia bertanggungjawab penuh atas setiap keputusan yang kita pilih. Kalau kamu nggak punya salah satunya, maka harus diakui bahwa kamu masih bersedia orang lain menjajah hidupmu. Aku nggak bilang kalau aku sendiri sudah merdeka. Nyatanya, aku juga terkadang masih dihantui oleh ba

Kenali Platonic Relationship: Persahabatan Tanpa Romansa Bukanlah Mitos Belaka

Gambar
Mungkin, kamu sering mendengar narasi-narasi yang mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan sangat sulit untuk bisa menjalin hubungan tanpa melibatkan perasaan tertarik. Bahkan, sebagian besar orang percaya hubungan antar lawan jenis sejatinya bermuara pada hubungan romansa. Saat kita membicarakan soal cinta, tidak jarang kita juga membicaran soal aktivitas dan kegiatan seksual. Bahkan, kita juga bisa menginginkan dan melakukan hubungan seksual dengan siapapun yang membuat kita tertarik. Namun tahukah kamu, sebenarnya mungkin bagi kita untuk sama sekali menjalin hubungan persahabatan yang tidak didasari oleh rasa cinta, syarat, dan ketertarikan seksual. Hubungan ini disebut dengan hubungan platonik ( Platonic Relationship ). Apa itu Platonic Relationship ? A man and woman's friendship. Photo by Genessa Panainte on Unsplash Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), platonik berarti sepenuhnya spiritual, bebas dari nafsu berahi dan cinta. Berbeda dengan hubungan romansa yang perlu

Review Buku "You Do You": Meyakinkan Diri untuk Mencoba

Gambar
YOU DO YOU, Discovering Life through Experiments & Self Awareness Penulis: Fellexandro Ruby Mulai Dibaca : 5 Juli 2022 Selesai : 24 Juli 2022 Bahasa : Indonesia Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Cetakan : Ke-11, Mei 2022 Tebal Buku : 233 halaman Genre : Non-Fiksi (Self-Improvement) Harga : Rp 128.000 Happiness is liking yourself, liking what you do, and liking how you do it. Kalimat yang ada pada bagian akhir buku ini menegaskan apa arti kebahagiaan menurut Ruby, sesederhana menyukai diri sendiri, menyukai apa yang kamu lakukan, dan menyukai bagaimana kamu melakukan sebuah pekerjaan. Satu dekade pertama perjalanan kariernya ia habiskan dengan bereksperimen sembilan macam profesi yang berbeda, mulai dari seorang sales, petugas lelang, hingga menjadi seorang manajer produk di sebuah perusahaan start-up teknologi. Dan kini, ia telah menemukan ikigai -nya untuk #belajarberkaryaberbagi sambil menekuni kariernya sebagai seorang pengusaha. Ruby memecah 5 pokok bahasan utama k

Mengenal Fear of Intimacy: Perasaan Takut Dekat dengan Orang Lain

Gambar
Keintiman atau keakraban terjadi ketika seseorang dengan seseorang yang lain memiliki ikatan emosional atau fisik yang erat. Bahkan di satu titik, seseorang bersedia untuk membagikan titik lemahnya kepada orang lain , seperti apa yang membuatnya takut dan apa yang dapat membuatnya terluka. Apakah "keintiman" selalu berarti hubungan seksual? Saat mendengar kata “intimasi” atau “keintiman”, sebagian besar orang akan cenderung berpikir soal kedekatan pada tingkat seksualitas. Namun sebenarnya, ada beberapa jenis hubungan yang intim seperti di bawah ini: Intelektual ( Intellectual ) , yaitu kedekatan yang diperoleh dengan berbagi ide, kepercayaan, pikiran, dan opini dengan orang lain. Biasanya, keintiman ini terdapat pada lingkungan sekolah- antara guru dengan siswa di kelas, dosen dengan mahasiswa, atau di lingkungan kerja, seperti antara rekan kerja, atau karyawan dengan atasan. Emosional ( Emotional ) , yaitu kedekatan yang diperoleh dengan rasa percaya yang membuat seseorang