Mengenal Fear of Intimacy: Perasaan Takut Dekat dengan Orang Lain


Keintiman atau keakraban terjadi ketika seseorang dengan seseorang yang lain memiliki ikatan emosional atau fisik yang erat. Bahkan di satu titik, seseorang bersedia untuk membagikan titik lemahnya kepada orang lain, seperti apa yang membuatnya takut dan apa yang dapat membuatnya terluka.

Apakah "keintiman" selalu berarti hubungan seksual?

Saat mendengar kata “intimasi” atau “keintiman”, sebagian besar orang akan cenderung berpikir soal kedekatan pada tingkat seksualitas. Namun sebenarnya, ada beberapa jenis hubungan yang intim seperti di bawah ini:
  • Intelektual (Intellectual), yaitu kedekatan yang diperoleh dengan berbagi ide, kepercayaan, pikiran, dan opini dengan orang lain. Biasanya, keintiman ini terdapat pada lingkungan sekolah- antara guru dengan siswa di kelas, dosen dengan mahasiswa, atau di lingkungan kerja, seperti antara rekan kerja, atau karyawan dengan atasan.
  • Emosional (Emotional), yaitu kedekatan yang diperoleh dengan rasa percaya yang membuat seseorang merasa aman untuk mengekspresikan perasaan terdalamnya, seperti perasaan rapuh atau kerentanannya kepada orang lain.
  • Pengalaman (Experiential), yaitu kedekatan yang diperoleh dengan melakukan aktivitas bersama, berbagi pengalaman hidup, dan juga berbagi hal dengan orang lain yang memiliki minat yang sama. Biasanya, didapatkan pada hubungan antar anggota di dalam sebuah komunitas/organisasi.
  • Fisik dan Seksual (Physical and Sexual), yaitu kedekatan yang diperoleh dengan hubungan romantis, sentuhan fisik, dan aktivitas seksual.
Selain dari keempat jenis di atas, ada juga hubungan Rohani (Spiritual) yang mungkin bisa dimasukkan sebagai jenis hubungan intimasi kelima, yaitu hubungan yang diperoleh dengan berbagi keyakinan mengenai hal-hal yang berada di luar diri manusia, yang umumnya berkaitan dengan ketuhanan.

Dibalik semua itu, memiliki hubungan yang intim bisa memberikanmu dukungan, empati, dan rasa koneksi yang erat dengan orang lain. Namun, jika kamu merasa tidak dapat menjalin kedekatan dengan orang-orang di sekelilingmu, itu artinya kamu memiliki Fear of Intimacy.

Apa itu Fear of Intimacy?

Jika diterjemahkan secara harfiah, Fear of Intimacy berarti perasaan takut memiliki hubungan yang intim atau akrab dengan orang lain. Sebenarnya, Fear of Intimacy bisa terjadi pada berbagai jenis hubungan, baik untuk hubungan percintaan, pertemanan (atau platonik), dan keluarga. Perasaan takut ini diikuti dengan berbagai asumsi, seperti takut ditolak dan ditinggalkan. Misalnya, kamu tidak berani mengungkapkan perasaan cinta dan kasihmu kepada orang lain karena kamu takut orang lain tidak akan menerimanya. Atau, kamu takut ketika suatu saat orang yang kamu cintai akan pergi meninggalkanmu.

Pada kasus ini, Fear of Intimacy berperan layaknya mekanisme perlindungan diri agar orang lain tidak terlalu dekat denganmu. Sehingga, kamu mencegah rasa sakit secara emosional seperti apa yang pernah kamu alami di masa lalu (pengalaman traumatis).

Fear of Intimacy ini bukanlah satu hal yang aneh. Perasaan ini wajar, bahkan banyak orang yang mengalaminya.

Apa yang membuat orang takut punya hubungan dekat dengan orang lain?

Apakah di masa kecil, kamu pernah merasakan kehilangan orang yang kamu cintai?
Apakah di masa kecil, orang tuamu cenderung mengabaikanmu?
Apakah di masa kecil, orang tuamu sering menyakitimu melalui kata-kata atau fisik, seperti pukulan?

Jika kamu menjawab "Ya" dari salah satu pertanyaan di atas, kemungkinan besar itu adalah alasan kamu memiliki Fear of Intimacy.

Pengalaman traumatis di masa lalu yang menyakitkan sewaktu anak-anak membuatmu tumbuh dengan perasaan tidak layak dicintai.

Selain itu, Fear of Intimacy juga dapat disebabkan karena adanya gangguan kesehatan mental, seperti gangguan stres pasca trauma (Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)) yang banyak dialami oleh para veteran militer.

Lalu, bagaimana cara mengatasinya?

Ketika kamu menyadari adanya Fear of Intimacy, hal itu menjadi langkah awal menuju perubahan besar di dalam dirimu. Langkah selanjutnya, kamu perlu mencoba beberapa hal di bawah ini.

Bicara dengan profesional.

Mungkin, selama ini kamu berpikir berbicara dengan teman dekat saja sudah cukup. Namun sebenarnya, berbicara dengan profesional adalah cara terbaik. Pekerja profesional seperti psikolog dan psikiater hadir untuk membantumu memahami masalah apa yang kamu miliki dengan menganalisis latar belakangmu, sehingga solusi yang diberikan akan lebih obyektif dan tepat.

Cobalah untuk memperbaiki self-esteem.

Fokuslah membangun penghargaan diri dengan mengembangkan minat dan bakatmu. Misalnya, kamu bisa coba mulai menekuni kegiatan menulis yang selama ini menjadi hobimu, ikut organisasi atau komunitas menulis, menghasilkan beberapa karya tulisan, mengikuti lomba menulis, atau aktivitas lainnya seperti olahraga yang dapat membantumu meningkatkan rasa percaya diri.

Lakukan positive self-talk.

Terlepas dari masa lalumu yang menyakitkan, kini kamu telah berada di masa sekarang, masa di mana kamu telah menjadi orang dewasa yang mendiri dan menyadari betapa berharganya dirimu. Karenanya, kamu perlu untuk mulai mengonsepsi ulang perhatian dan dukungan yang mungkin tidak kamu dapatkan semasa kecilmu. Cukup dengan berbicara secara lembut, “masa lalumu bukanlah salahmu. Aku ada di sini, jangan khawatir, ya.” kepada diri sendiri sambil menepuk-nepuk ringan kedua bahumu. Melakukannya akan membuatmu lebih percaya diri dalam menghadapi kehidupan yang akan datang. Kamu yakin, bahwa serapuh apapun kamu, kamu masih memiliki sosok yang selalu menyayangi dan mencintaimu seutuhnya.

Tanamkan pola pikir: "dirimu adalah seutuhnya milikmu".

Jika orang lain atau pasanganmu tidak menyetujui keputusanmu atau menentang prinsip hidupmu, maka kamu juga boleh untuk tidak menyetujui ketidaksetujuannya dan tidak mengikuti arah pikirannya. Dengan menerapkan pola pikir ini, akan membantumu untuk lebih percaya diri dalam menjalin sebuah hubungan. Kamu juga akan lebih sadar, bahwa kamu tidak akan pernah bisa mengendalikan perasaan dan aksi orang lain, begitu juga sebaliknya. Pola pikir ini juga mengartikan setiap hubungan yang kamu miliki saat ini atau di masa lalu, bukanlah cerminan nilai dirimu sebagai manusia.

Kamu adalah kamu yang saat ini, yang sedang membaca artikel ini. Dirimu adalah seutuhnya milikmu. Bukan milik pasanganmu, ataupun orang lain.


Kesimpulan

Fear of Intimacy lahir dari pengalaman traumatis yang menyakitkan. Akibatnya, kamu takut menjalin hubungan yang intim atau akrab dengan orang di sekitarmu. Kamu bisa mengatasinya dengan mencari bantuan profesional dan menyadari bahwa kamu layak dicintai.

Popular Posts

Thank you, 2021

Menyusuri Lorong Kehidupan: Pencarian Terang di Tengah Kegelapan

Menerima kegagalan