Postingan

Rencana Allah dan Pertemuan Keluarga yang Tak Terduga

Gambar
Sudah dari awal minggu ini aku menyetting kalenderku biar nggak lupa kalau Sabtu kemarin aku harus ikut kegiatan WTKU ( Workshop Tugas dan Klinik Ujian) dari kampusku. Aku udah semangat banget, sampai-sampai aku harus menggeser jam mainku yang mau aku habisin di Sabtu siang menjadi Sabtu sore. Walaupun cuma hadir aja dan ngikutin workshop , dibayanganku, kegiatan ini itu penting banget. Jadi, aku nggak mau telat buat sampe ke lokasi workshop nya. Tapi.... net not . Wah, layaknya, aku salah jadwal, deh. Rasanya aneh banget, lokasinya yang kebetulan diadain di SMAN 2 Denpasar, kok malah masih penuh sama dedek-dedek SMA yang kayaknya lagi sibuk nyiapin acara gitu. Aku cari-cari info di sosmed kampusku, dan emang bener bahwa lagi nggak ada jadwal yang diadakan di SMA tersebut. Wadaaaaw. Sebenernya seneng juga, sih, karena itu artinya aku bisa langsung main dan menikmati hari Sabtuku yang cerah itu~ Tapi ternyata, ada hal yang lebih mengejutkan dari itu. Sewaktu aku masih sibuk cari-cari i

Tantangan Menjadi Diri Sendiri

Gambar
Loh, kok tantangan, sih? Jadi diri sendiri, kan, gampang. Eiiits, tidak semudah itu, ferguso. Memangnya, kamu yakin, kamu yang sekarang adalah kamu yang sebenar-benarnya ? Iya, baru-baru ini, aku kepikiran buat nanyain ke diri sendiri soal ini: "aku ini sebenernya siapa, sih?"  Belakangan, Anisa lagi menghilang digantikan dengan Anisa yang lain, yang sibuk galau, overthinking , bingung sama masa depan, dan bingung sama jati diri sendiri . Masalah ini, tuh, kayaknya sepele. Tapi, bisa menyesatkan. Emangnya, siapa, sih, orang di dunia ini yang ga butuh pengakuan dari orang lain? Siapa orang yang nggak butuh validasi atas pancapaian yang sudah mereka lakukan ke orang lain? Ya mungkin ada, sih. Tapi aku yakin, sebagian besar dari manusia di bumi pasti butuh yang namanya pengakuan dan validasi. Contoh simpelnya, dengan bikin status kalo lagi belajar, berharap kalo orang-orang sekitar yang ngelihat status kita, tuh, mikir kalo "wah ini anak rajin bener". Atau, waktu kita

Rasanya Menjadi Mahasiswa, Karyawan, dan Murid dalam Satu Waktu

Gambar
Post ini tidak dibuat dengan niat untuk pamer kesibukan atau jadi  sok sibuk. Sesuai dengan tagline blog ini "merekam pikiran dan emosi", aku mau nulisin apa isi pikiranku dan emosi apa yang aku rasain dari pandangan orang yang sedang menjalani tiga peran sekaligus dalam satu waktu. Biasanya, kita sering mendengar seseorang yang menjalani dua kegiatan secara bersamaan: menjadi mahasiswa dan karyawan . Kali ini, aku berpikir kalau kasusku cukup unik, karena aku juga adalah seorang murid . Pertama, kita mulai sama masing-masing pengertiannya dulu. Mahasiswa : orang yang belajar di perguruan tinggi (KBBI). Iya, aku kuliah lagi. Mulai dari bulan Oktober ini, ada tutorial yang harus aku ikuti setiap minggunya. Tujuan besarnya dari menjadi mahasiswa lagi adalah karena di masa depan aku pengin jadi guru, atau setidaknya aku mau mendalami profesi mengajar hingga mungkin, sisa waktu hidupku. Karyawan : orang yang bekerja pada suatu lembaga dengan mendapat gaji (KBBI). Kalau ini, s

Bentuk Konsistensi Sebenarnya

Gambar
Ide tulisan kali ini hadir dari kegelisahanku akhir-akhir ini, yaitu sulitnya menjaga konsistensi. Misalnya, yang paling aku rasain banget adalah soal konsisten menulis 2 halaman tiap pagi yang mulai hancur. Bukan tanpa alasan, tapi memang kadang-kadang rasanya nggak tiap hari aku punya mood yang bagus buat nulis. Bahkan akhir-akhir ini juga pernah waktu udah nulis satu paragraf, rasanya kayak aku udah nggak punya hal lain lagi buat ditulis. Berakhir dengan tutup buku, dan langsung kerja. Mungkin, penyebabnya adalah karena aku memasang target untuk menulis setiap harinya 2 halaman, sekitar 500 kata. Sebenernya, 500 kata itu nggak terlalu sulit. Gampang. Tapi, aku sadar banget, memang nggak setiap hari aku bisa menulis sampai mencapai target 500 kata itu. Nah, kalau dalam kasus menulis jurnal tadi, "konsisten" yang ada di dalam bayanganku selama ini terdiri dari 2 unsur, yaitu setiap hari  dan 500 kata . Kalau aku nggak bisa memenuhi salah satunya, berarti aku gagal . Di hari

Surat Cinta dari Bestie

Gambar
Nggak bisa dipungkiri, kalau baru-baru ini aku punya banyak banget hal yang aku pikirin dan lakuin. Mulai dari ikutan kursus bahasa tiga kali seminggu, kegiatan perkuliahan kayak ospek dan PKBJJ, lalu ditambah lagi bulan September lalu, ada JUN sama mama yang dateng ke Bali. Jadi, mau ga mau aku harus meluangkan waktuku sebentar buat mereka. Enggak, aku nggak mengeluh. Justru, aku pikir, kemarin aku merasa belum bisa memaksimalkan waktuku buat mereka, terutama sama mama. Merasa agak menyesal, sih. Aku berharap semoga di tahun ini akan ada kesempatan lagi untuk mama bisa datang ke Bali dan aku bisa meluangkan waktuku lebih maksimal lagi buat dia. Banyak hal yang terjadi di bulan lalu, beriringan dengan meningkatnya stresku. Kalau udah stres, biasanya aku lebih impulsif buat ngelakuin sesuatu. Nggak mau ribet. Harus sat set sat set. Ciah, kayak bahasa anak zaman sekarang ye. Tapi, itu nyatanya. Dampaknya, aku jadi nggak lagi konsisten nulis jurnal. Aku nggak nyalahin siapa-siapa, kok. En

Tentang Kesiapan Menikah

Gambar
Sebenernya aku tuh udah siap nikah nggak, sih? Ini adalah salah satu pertanyaan yang muncul di benakku akhir-akhir ini. Yap, tentang pernikahan. Aku mempertanyakan ke diri sendiri beberapa hal yang sepertinya wajar banget buat mulai aku pikirin di usiaku sekarang. Aku udah dewasa, bukan lagi anak-anak. Yaaa, walaupun jujur kadang-kadang di dalam diri ini muncul perasaan memberontak karena jiwa ambis-ku menolak untuk membahasnya dan menganggapnya tabu. Dear myself, yuk, kita coba untuk berdialog sejenak. :) Pernikahan itu sesederhana menyatukan dua insan yang berbeda dengan tujuan yang sama untuk bisa saling melengkapi satu sama lain. Saling menguatkan. Aku akan coba untuk memvisualkannya menjadi sebuah cerita seperti di bawah ini. Bayangkan, ada sebuah kayak yang sedang menepi. Di ujung sana, ada kota yang terlihat sangat ramai. Kayak itu hanya muat dan bisa digerakkan oleh dua orang. Kayak itu satu-satunya kendaraan untuk bisa menuju ke kota. Waktu yang harus ditempuh dari ujung pulau

Merdeka dalam Menggapai Mimpi

Gambar
Nggak terasa, ya, kita udah di penghujung bulan Agustus. Minggu ini menjadi minggu penutup bulan Agustus yang penuh dengan kemerdekaan. Tapi, apakah kita sendiri sudah yakin kalau kita sebagai manusia juga telah merdeka? Aku nggak yakin. Jika istilah merdeka yang digaungkan adalah soal membebaskan diri dari belenggu penjajah, nyatanya kita sendiri sebagai manusia masih sering membiarkan orang lain menguasai hidup kita. Mungkin memang orang tersebut tidak menyakiti secara fisik, tapi pernahkah kamu merasa terbebani dengan tuntutan yang ia berikan padamu? Jika jawabannya adalah iya, maka bagiku, kamu belum merdeka. Bagiku, merdeka adalah memiliki kontrol sepenuhnya atas hidup kita sendiri, berhak memilih, dan bersedia bertanggungjawab penuh atas setiap keputusan yang kita pilih. Kalau kamu nggak punya salah satunya, maka harus diakui bahwa kamu masih bersedia orang lain menjajah hidupmu. Aku nggak bilang kalau aku sendiri sudah merdeka. Nyatanya, aku juga terkadang masih dihantui oleh ba