Manusia dan keserakahannya

Pagi ini, aku dapat WhatsApp kalau ternyata Mami sedang terkena musibah. Proyek yang sedang digarap Mami harus mandek karena tukang yang dipercayai beliau kabur dan Mami terkena sanksi wanprestasi. Aku tidak menanyakan lebih lanjut bentuk pertanggung jawabannya, namun karena sanksi ini, ada kemungkinan Mami harus mengganti seluruh kerugian dari proyek yang sudah berjalan. Jujur, aku kaget banget. Ternyata, kerenggangan komunikasi kami selama 2-3 minggu belakangan ini ada penyebabnya. Hal itu juga yang akhirnya membuatku harus rehat sementara dari beberapa pekerjaan desain lain yang kebetulan bebarengan dengan proyek yang mandek ini.

Akhir tahun 2021 lalu, aku mencoba menerima tawaran Mami untuk kerja bareng sebagai freelancer 3D desainer interior. Konsep dan ide dari setiap interior yang dibuat asalnya dari Mami, lalu aku mewujudkannya menjadi gambar konsepsual 3D, yang mana gambar ini nantinya yang akan digunakan untuk menjual kepada calon klien.

Sejauh ini, pendapatan yang aku terima dari side job ini bisa dibilang lumayan untuk nambah-nambahin penghasilan utama. Pekerjaannya juga santai, ngga terlalu mengekang, karena di awal Mami sudah tahu kalau aku punya pekerjaan utama yang harus aku prioritaskan. Jadi, biasanya aku mengerjakan pekerjaan ini hanya di waktu senggang atau hari Sabtu dan Minggu. Di samping itu semua, juga ada hal yang tidak menyenangkan termasuk resiko-resikonya.

Namun, musibah dari tukang yang tiba-tiba kabur di tengah proyek ini membuatku geram. Kok ada, ya, manusia yang tega makan pakai uang orang lain? Sangat sulit memahaminya. Mungkin, ini ada hubungannya dengan timing yang sudah mendekati Hari Raya. Jika benar, maka hal itu benar-benar sangat disayangkan. Mereka yang bekerja di perantauan mungkin merasa menanggung kewajiban untuk kembali ke kampung halaman dengan membawa segepok uang yang bisa mereka bagikan kepada sanak saudara. Belum lagi jika mereka memiliki anak dan istri yang harus dihidupi. Ditambah lagi biaya untuk pulang kampung. Mereka jelas memerlukan banyak uang. Tapi, tetap saja, hal itu tidak bisa dibenarkan. Uang yang mereka dapatkan itu tidak bisa menjadi uang yang berkah dan bermanfaat untuk dibagikan kepada keluarga jika begini caranya.

Dari kejadian ini, aku sedikitnya belajar mengenai sifat manusia dan memahami bahwa manusia itu sangat dinamis, tidak bisa ditebak. Walaupun memang, manusia diciptakan dengan memiliki hati, namun jika hawa nafsu terlalu menguasai di atas hati nurani, maka ia bisa menjadi sangat berbahaya. Dan aku pernah mendengar bahwa manusia tidak bisa menghilangkan hawa nafsunya, pun dengan sifat keserakahan ini, karena memang inilah kita yang lahir dengan sifat yang tak pernah merasa puas.

Aku hanya bisa berdoa yang terbaik untuk Mami, agar beliau selalu diberi ketabahan dan kekuatan untuk menghadapi masalah yang sedang beliau hadapi. Di samping itu, aku harus selalu introspeksi diri, apakah bibit-bibit keserakahan ini juga akan menguasai diriku? Dengan berusaha untuk selalu merasa cukup dan bersyukur atas setiap rezeki yang sudah di berikan oleh Allah kepadaku, aku harap bibit-bibit keserakahan itu tidak akan muncul dan bersarang di dalam diriku.

Popular Posts

Thank you, 2021

Menyusuri Lorong Kehidupan: Pencarian Terang di Tengah Kegelapan

Menerima kegagalan