Menerima kegagalan

Gagal lagi... gagal lagi...

Kenapa, ya, kok, aku ngga bisa kayak orang-orang yang sekali nyoba langsung keterima?

Ini sudah kedua kalinya aku gagal dalam percobaan mendaftar beasiswa S2. Rasanya sangat sulit bagiku menerima kenyataan bahwa aku sudah gagal. Apalagi, sebelumnya aku sudah merasa sangat yakin bahwa kali ini aku akan berhasil. Hm... sedih sekali.

Mungkin, apa yang aku mimpikan beberapa hari yang lalu adalah pertanda bahwa pada kenyataannya hal yang indah itu tidak akan terjadi. Ia hanya menjadi bayang-bayang halusinasi hingga terasa sangat nyata walau di dalam mimpi.

Baiklah, saatnya move on.

Walaupun sejujurnya hati ini masih ngga bisa menerima kalau nyatanya aku sudah gagal, tapi aku rasa aku ngga boleh terus-terusan seperti ini. Apalagi sampai menyalahkan diri sendiri dan mengatakan hal-hal yang sia-sia, kata-kata yang hanya akan memperparah luka dari kegagalan ini. Tentu ada banyak pihak yang akan kecewa atas kegagalan ini. Namun, aku juga harus sadar bahwa perasaan mereka bukanlah tanggung jawabku. Kegagalan ini di luar kendaliku, pun perasaan mereka. Yang bisa aku lakukan adalah mengambil kendali atas tindakan dan perasaanku terhadap situasi ini.

Hal pertama yang harus aku lakukan adalah menerima fakta bahwa kegagalan itu sudah terjadi dan tak perlu disesali. Aku tak boleh berlarut-larut ke dalam kesedihan ini. Setelah itu, bagaimana caranya agar aku bisa kembali bangkit dari rasa keterpurukan ini? Yap, aku harus berdamai dengan diri sendiri. Aku harus mengapresiasi atas semua usaha yang telah aku lakukan sebelumnya. Aku harus percaya bahwa semua ini memiliki makna dan nilai yang bisa dipelajari. Dan yang paling penting, aku juga harus percaya bahwa kegagalan ini merupakan salah satu bentuk cinta kasih Allah kepadaku. Kegagalan ini sudah termasuk ke dalam rencana terbaikNya. Aku harus percaya, melalui kegagalan ini, Ia ingin melihatku bertumbuh menjadi sosok yang lebih kuat.

Perjalanan masih sangatlah jauh. Karena itu, ayo bangkit untuk memulai lagi, Anisa!

Popular Posts

Thank you, 2021

Menyusuri Lorong Kehidupan: Pencarian Terang di Tengah Kegelapan