Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

Perjalanan Menuju Mimpi: Harapan Lulus JLPT N3

Gambar
Hola! Tanggal 4 Desember lalu, aku abis ambil ujian JLPT N3, nih. Hasilnya baru keluar kira-kira pertengahan bulan Februari 2023. Masih lama, sih, ya, tapi beneran aku nggak sabar banget buat bisa tau hasilnya. Lulus kah, atau malah sebaliknya :( Berdo'a aja deh, ya, semoga bisa lulus! Aamiin. Nah, masih berkaitan dengan itu, aku mau curhat sedikit tentang proses belajar bahasa Jepangku sampai saat ini dan rencana untuk kedepannya. Well , semenjak aku ikut kursus bahasa Jepang 3 bulan yang lalu, aku bisa ngerasain banget kalau kemampuan bahasa Jepangku perlahan-lahan meningkat. Bukan yang drastis banget, tapi setidaknya setiap hari aku bisa belajar kata baru. Apalagi, aku juga berusaha bikin catatan hasil belajar itu di Twitter, dengan begini, aku bisa dapat feedback dari teman-teman Jepangku kalau misalnya aku nulisnya salah atau ada kurangnya. Intinya, aku bener-bener menikmati proses belajar ini. Kemudian, sambil nunggu hasil ujian JLPT keluar, aku bikin rencana kasar tentang

Apa Itu Kesempurnaan? (A Brain Dump)

Gambar
Sebenernya, sempurna itu kayak gimana, sih? Katanya, manusia itu nggak perlu sempurna, tapi kenapa rasanya, kok, aku selalu ingin mengejar kesempurnaan itu? Kenapaa? Aku juga pengin punya teman baik, satu aja. Teman yang bisa jadi tempat berbagi keluh kesah, teman yang nggak segan menunjukkan sisi terburuknya. Aku juga pengin punya kehidupan yang normal seperti orang lain di luar sana. Aku pengin punya keluarga yang suportif. Aku pengin punya pacar yang pengertian. Aku juga pengin banget bisa jadi orang yang punya percaya diri tinggi, yang bodoamat sama apa kata orang. Aku juga pengin jadi orang yang supel, gampang bergaul, dan nggak canggung. Aku pengin bisa jadi orang yang enak diajak ngobrol. Aku pengin bisa membantu orang lain. Aku pengin punya karya yang bisa berdampak bagi orang lain. Tapi... sejauh ini aku masih di sini-sini aja. Nggak bergerak kemana-mana. Aku masih sangat jauh dari target yang aku tentukan. Aku masih belum cukup mampu untuk mengemban beban yang lebih besar. Ak

Rencana Allah dan Pertemuan Keluarga yang Tak Terduga

Gambar
Sudah dari awal minggu ini aku menyetting kalenderku biar nggak lupa kalau Sabtu kemarin aku harus ikut kegiatan WTKU ( Workshop Tugas dan Klinik Ujian) dari kampusku. Aku udah semangat banget, sampai-sampai aku harus menggeser jam mainku yang mau aku habisin di Sabtu siang menjadi Sabtu sore. Walaupun cuma hadir aja dan ngikutin workshop , dibayanganku, kegiatan ini itu penting banget. Jadi, aku nggak mau telat buat sampe ke lokasi workshop nya. Tapi.... net not . Wah, layaknya, aku salah jadwal, deh. Rasanya aneh banget, lokasinya yang kebetulan diadain di SMAN 2 Denpasar, kok malah masih penuh sama dedek-dedek SMA yang kayaknya lagi sibuk nyiapin acara gitu. Aku cari-cari info di sosmed kampusku, dan emang bener bahwa lagi nggak ada jadwal yang diadakan di SMA tersebut. Wadaaaaw. Sebenernya seneng juga, sih, karena itu artinya aku bisa langsung main dan menikmati hari Sabtuku yang cerah itu~ Tapi ternyata, ada hal yang lebih mengejutkan dari itu. Sewaktu aku masih sibuk cari-cari i

Tantangan Menjadi Diri Sendiri

Gambar
Loh, kok tantangan, sih? Jadi diri sendiri, kan, gampang. Eiiits, tidak semudah itu, ferguso. Memangnya, kamu yakin, kamu yang sekarang adalah kamu yang sebenar-benarnya ? Iya, baru-baru ini, aku kepikiran buat nanyain ke diri sendiri soal ini: "aku ini sebenernya siapa, sih?"  Belakangan, Anisa lagi menghilang digantikan dengan Anisa yang lain, yang sibuk galau, overthinking , bingung sama masa depan, dan bingung sama jati diri sendiri . Masalah ini, tuh, kayaknya sepele. Tapi, bisa menyesatkan. Emangnya, siapa, sih, orang di dunia ini yang ga butuh pengakuan dari orang lain? Siapa orang yang nggak butuh validasi atas pancapaian yang sudah mereka lakukan ke orang lain? Ya mungkin ada, sih. Tapi aku yakin, sebagian besar dari manusia di bumi pasti butuh yang namanya pengakuan dan validasi. Contoh simpelnya, dengan bikin status kalo lagi belajar, berharap kalo orang-orang sekitar yang ngelihat status kita, tuh, mikir kalo "wah ini anak rajin bener". Atau, waktu kita

Rasanya Menjadi Mahasiswa, Karyawan, dan Murid dalam Satu Waktu

Gambar
Post ini tidak dibuat dengan niat untuk pamer kesibukan atau jadi  sok sibuk. Sesuai dengan tagline blog ini "merekam pikiran dan emosi", aku mau nulisin apa isi pikiranku dan emosi apa yang aku rasain dari pandangan orang yang sedang menjalani tiga peran sekaligus dalam satu waktu. Biasanya, kita sering mendengar seseorang yang menjalani dua kegiatan secara bersamaan: menjadi mahasiswa dan karyawan . Kali ini, aku berpikir kalau kasusku cukup unik, karena aku juga adalah seorang murid . Pertama, kita mulai sama masing-masing pengertiannya dulu. Mahasiswa : orang yang belajar di perguruan tinggi (KBBI). Iya, aku kuliah lagi. Mulai dari bulan Oktober ini, ada tutorial yang harus aku ikuti setiap minggunya. Tujuan besarnya dari menjadi mahasiswa lagi adalah karena di masa depan aku pengin jadi guru, atau setidaknya aku mau mendalami profesi mengajar hingga mungkin, sisa waktu hidupku. Karyawan : orang yang bekerja pada suatu lembaga dengan mendapat gaji (KBBI). Kalau ini, s

Bentuk Konsistensi Sebenarnya

Gambar
Ide tulisan kali ini hadir dari kegelisahanku akhir-akhir ini, yaitu sulitnya menjaga konsistensi. Misalnya, yang paling aku rasain banget adalah soal konsisten menulis 2 halaman tiap pagi yang mulai hancur. Bukan tanpa alasan, tapi memang kadang-kadang rasanya nggak tiap hari aku punya mood yang bagus buat nulis. Bahkan akhir-akhir ini juga pernah waktu udah nulis satu paragraf, rasanya kayak aku udah nggak punya hal lain lagi buat ditulis. Berakhir dengan tutup buku, dan langsung kerja. Mungkin, penyebabnya adalah karena aku memasang target untuk menulis setiap harinya 2 halaman, sekitar 500 kata. Sebenernya, 500 kata itu nggak terlalu sulit. Gampang. Tapi, aku sadar banget, memang nggak setiap hari aku bisa menulis sampai mencapai target 500 kata itu. Nah, kalau dalam kasus menulis jurnal tadi, "konsisten" yang ada di dalam bayanganku selama ini terdiri dari 2 unsur, yaitu setiap hari  dan 500 kata . Kalau aku nggak bisa memenuhi salah satunya, berarti aku gagal . Di hari

Surat Cinta dari Bestie

Gambar
Nggak bisa dipungkiri, kalau baru-baru ini aku punya banyak banget hal yang aku pikirin dan lakuin. Mulai dari ikutan kursus bahasa tiga kali seminggu, kegiatan perkuliahan kayak ospek dan PKBJJ, lalu ditambah lagi bulan September lalu, ada JUN sama mama yang dateng ke Bali. Jadi, mau ga mau aku harus meluangkan waktuku sebentar buat mereka. Enggak, aku nggak mengeluh. Justru, aku pikir, kemarin aku merasa belum bisa memaksimalkan waktuku buat mereka, terutama sama mama. Merasa agak menyesal, sih. Aku berharap semoga di tahun ini akan ada kesempatan lagi untuk mama bisa datang ke Bali dan aku bisa meluangkan waktuku lebih maksimal lagi buat dia. Banyak hal yang terjadi di bulan lalu, beriringan dengan meningkatnya stresku. Kalau udah stres, biasanya aku lebih impulsif buat ngelakuin sesuatu. Nggak mau ribet. Harus sat set sat set. Ciah, kayak bahasa anak zaman sekarang ye. Tapi, itu nyatanya. Dampaknya, aku jadi nggak lagi konsisten nulis jurnal. Aku nggak nyalahin siapa-siapa, kok. En

Tentang Kesiapan Menikah

Gambar
Sebenernya aku tuh udah siap nikah nggak, sih? Ini adalah salah satu pertanyaan yang muncul di benakku akhir-akhir ini. Yap, tentang pernikahan. Aku mempertanyakan ke diri sendiri beberapa hal yang sepertinya wajar banget buat mulai aku pikirin di usiaku sekarang. Aku udah dewasa, bukan lagi anak-anak. Yaaa, walaupun jujur kadang-kadang di dalam diri ini muncul perasaan memberontak karena jiwa ambis-ku menolak untuk membahasnya dan menganggapnya tabu. Dear myself, yuk, kita coba untuk berdialog sejenak. :) Pernikahan itu sesederhana menyatukan dua insan yang berbeda dengan tujuan yang sama untuk bisa saling melengkapi satu sama lain. Saling menguatkan. Aku akan coba untuk memvisualkannya menjadi sebuah cerita seperti di bawah ini. Bayangkan, ada sebuah kayak yang sedang menepi. Di ujung sana, ada kota yang terlihat sangat ramai. Kayak itu hanya muat dan bisa digerakkan oleh dua orang. Kayak itu satu-satunya kendaraan untuk bisa menuju ke kota. Waktu yang harus ditempuh dari ujung pulau

Merdeka dalam Menggapai Mimpi

Gambar
Nggak terasa, ya, kita udah di penghujung bulan Agustus. Minggu ini menjadi minggu penutup bulan Agustus yang penuh dengan kemerdekaan. Tapi, apakah kita sendiri sudah yakin kalau kita sebagai manusia juga telah merdeka? Aku nggak yakin. Jika istilah merdeka yang digaungkan adalah soal membebaskan diri dari belenggu penjajah, nyatanya kita sendiri sebagai manusia masih sering membiarkan orang lain menguasai hidup kita. Mungkin memang orang tersebut tidak menyakiti secara fisik, tapi pernahkah kamu merasa terbebani dengan tuntutan yang ia berikan padamu? Jika jawabannya adalah iya, maka bagiku, kamu belum merdeka. Bagiku, merdeka adalah memiliki kontrol sepenuhnya atas hidup kita sendiri, berhak memilih, dan bersedia bertanggungjawab penuh atas setiap keputusan yang kita pilih. Kalau kamu nggak punya salah satunya, maka harus diakui bahwa kamu masih bersedia orang lain menjajah hidupmu. Aku nggak bilang kalau aku sendiri sudah merdeka. Nyatanya, aku juga terkadang masih dihantui oleh ba

Kenali Platonic Relationship: Persahabatan Tanpa Romansa Bukanlah Mitos Belaka

Gambar
Mungkin, kamu sering mendengar narasi-narasi yang mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan sangat sulit untuk bisa menjalin hubungan tanpa melibatkan perasaan tertarik. Bahkan, sebagian besar orang percaya hubungan antar lawan jenis sejatinya bermuara pada hubungan romansa. Saat kita membicarakan soal cinta, tidak jarang kita juga membicaran soal aktivitas dan kegiatan seksual. Bahkan, kita juga bisa menginginkan dan melakukan hubungan seksual dengan siapapun yang membuat kita tertarik. Namun tahukah kamu, sebenarnya mungkin bagi kita untuk sama sekali menjalin hubungan persahabatan yang tidak didasari oleh rasa cinta, syarat, dan ketertarikan seksual. Hubungan ini disebut dengan hubungan platonik ( Platonic Relationship ). Apa itu Platonic Relationship ? A man and woman's friendship. Photo by Genessa Panainte on Unsplash Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), platonik berarti sepenuhnya spiritual, bebas dari nafsu berahi dan cinta. Berbeda dengan hubungan romansa yang perlu

Review Buku "You Do You": Meyakinkan Diri untuk Mencoba

Gambar
YOU DO YOU, Discovering Life through Experiments & Self Awareness Penulis: Fellexandro Ruby Mulai Dibaca : 5 Juli 2022 Selesai : 24 Juli 2022 Bahasa : Indonesia Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Cetakan : Ke-11, Mei 2022 Tebal Buku : 233 halaman Genre : Non-Fiksi (Self-Improvement) Harga : Rp 128.000 Happiness is liking yourself, liking what you do, and liking how you do it. Kalimat yang ada pada bagian akhir buku ini menegaskan apa arti kebahagiaan menurut Ruby, sesederhana menyukai diri sendiri, menyukai apa yang kamu lakukan, dan menyukai bagaimana kamu melakukan sebuah pekerjaan. Satu dekade pertama perjalanan kariernya ia habiskan dengan bereksperimen sembilan macam profesi yang berbeda, mulai dari seorang sales, petugas lelang, hingga menjadi seorang manajer produk di sebuah perusahaan start-up teknologi. Dan kini, ia telah menemukan ikigai -nya untuk #belajarberkaryaberbagi sambil menekuni kariernya sebagai seorang pengusaha. Ruby memecah 5 pokok bahasan utama k

Mengenal Fear of Intimacy: Perasaan Takut Dekat dengan Orang Lain

Gambar
Keintiman atau keakraban terjadi ketika seseorang dengan seseorang yang lain memiliki ikatan emosional atau fisik yang erat. Bahkan di satu titik, seseorang bersedia untuk membagikan titik lemahnya kepada orang lain , seperti apa yang membuatnya takut dan apa yang dapat membuatnya terluka. Apakah "keintiman" selalu berarti hubungan seksual? Saat mendengar kata “intimasi” atau “keintiman”, sebagian besar orang akan cenderung berpikir soal kedekatan pada tingkat seksualitas. Namun sebenarnya, ada beberapa jenis hubungan yang intim seperti di bawah ini: Intelektual ( Intellectual ) , yaitu kedekatan yang diperoleh dengan berbagi ide, kepercayaan, pikiran, dan opini dengan orang lain. Biasanya, keintiman ini terdapat pada lingkungan sekolah- antara guru dengan siswa di kelas, dosen dengan mahasiswa, atau di lingkungan kerja, seperti antara rekan kerja, atau karyawan dengan atasan. Emosional ( Emotional ) , yaitu kedekatan yang diperoleh dengan rasa percaya yang membuat seseorang

Paradoks Salomo: Bagaimana Perbedaan Sudut Pandang Memengaruhi Kebijaksanaan

Gambar
Sebagai pendahuluan, mari kita lihat dua buah skenario di bawah untuk membantu kita berimajinasi. Skenario pertama. Kamu punya seorang teman, dan ia bercerita tentang lingkungan kerjanya yang toxic. Ia bercerita tentang sifat rekan kerjanya yang senang bergosip, yang membuat suasana di kantor menjadi tidak nyaman. Hal itu membuatnya merasa muak, sehingga ia berniat untuk berhenti dari pekerjaan tersebut.

Semua Orang Juga Lelah

Semua orang juga lelah. Ngga cuma kamu. Tapi juga temen kamu, tetangga kamu, atau bahkan tukang cat rumahmu. Mereka sama-sama punya masalah yang harus mereka hadapi. Sama seperti kamu. Kamu capek belajar buat ujian, tapi di luar sana ada yang capek bikin soal ujian. Kamu capek kerja, tapi ada juga yang capek ke sana kemari cuma buat naruh lamaran kerja. Kamu capek macet-macetan di jalan, di sisi lain ada yang capek berpanas-panasan sambil mikul dagangan. Kita capek, orang lain pun juga capek. Kita ngga pernah tau apa yang lagi mereka pikirin. Kita ngga pernah tau motivasi apa yang mereka miliki untuk sampai pada hari ini. Kita ngga pernah tau beban apa yang mereka tanggung di pundak mereka. Kita juga ngga pernah tau seberapa dalam pengorbanan yang rela mereka lakukan hanya agar bisa tetap bertahan hidup. Kita bahkan ngga pernah tau, apa yang orang lain akan hadapi sesaat ketika hari ini telah berakhir. Semua orang juga lelah, dengan kerasnya kehidupan. Semua orang juga lelah, terus-ter

Mempertanyakan Makna Toleransi

Kira-kira, kamu bisa tau ga, dari skala 1-10 nilai toleransimu berapa? Nilai sikap yang bisa tunjukin kalo lagi menghadapi perbedaan kita dengan orang lain. Apa yang kita percayai dengan apa yang orang lain percayai. Pernah, ngga, nanya ke orang lain, "eh, menurutmu, aku udah cukup toleransi belum?" Coba, deh, tanyain pertanyaan itu ke orang lain, kira-kira apa jawabannya? Sebagai intermezzo, aku bekerja di lingkungan yang multiagama dan multikultural. Bos di kantorku sendiri orang Amerika asli, bule, penganut Kristen Protestan. Admin di kantor, orang Bali, lahir sebagai Hindu, namun semasa SMP, beliau akhirnya menganut agama Kristen Protestan. Marketing di kantor, orang Bali asli yang menganut agama Hindu dari dia lahir. Aku? Ngga perlu diterangin juga pasti udah tau. Dari kecil, dari SD sampe SMK, aku selalu berada di 'zona nyaman'. Zona yang berisikan orang-orang dengan pemahaman yang sama. Mayoritas. Aku selalu bangga dan ngerasa ngga akan ada masalah, terutama te